Mohon tunggu...
Athhar Razan Ranjana
Athhar Razan Ranjana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

motret

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku: "Days at the Morisaki Bookshop" yang Ditulis oleh Satoshi Yagisawa

17 Oktober 2024   00:57 Diperbarui: 17 Oktober 2024   01:14 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.goodreads.com/book/show/62047992-days-at-the-morisaki-bookshop

Days at Morisaki Bookshop karya Satoshi Yagisawa adalah sebuah novel fiksi yang menceritakan tentang perjalanan seorang wanita muda, yang bernama Takako, ia mencoba menemukan kembali makna hidup setelah mengalami patah hati. Takako, yang semula menjalani hidup dengan tenang, tiba-tiba dihantam kenyataan pahit ketika pacarnya yang telah lama bersamanya memutuskan hubungan. Takako Kehilangan arah dan motivasi, Takako tenggelam dalam kegalauan, merasa hampa dan terasing dari kehidupannya.

Di tengah situasi tersebut, Takako dihubungi oleh pamannya, Yang bernama Satoru, yang menawarkan sebuah kesempatan yang tampaknya sederhana tinggal di toko buku tua milik keluarganya, Morisaki Bookshop, di distrik Jimbocho, Tokyo. Jimbocho sendiri dikenal sebagai "kota buku," sebuah kawasan yang penuh dengan toko-toko buku tua dan antik yang membawa nuansa klasik dan menenangkan.

Takako menerima tawaran itu, meski awalnya hanya karena tidak punya pilihan lain. Awalnya, dia merasa terasing di lingkungan baru ini. Toko buku Morisaki, yang sudah tua dan tampak usang, tidak memberikan kesan pertama yang begitu menyenangkan. Takako juga bukan seorang pecinta buku, sehingga bekerja dan tinggal di antara tumpukan buku-buku tua bukanlah sesuatu yang menarik bagi Takako.

Namun, seiring waktu, Takako mulai merasakan perubahan. Toko buku Morisaki yang tenang, dengan beratnya kehidupan. buku-buku dan para pengunjung setianya, perlahan-lahan memberikan kenyamanan. Di tempat yang tidak terduga ini, Takako mulai merenung dan memahami hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dia pikirkan. Buku-buku yang awalnya hanya benda mati baginya, kini seolah-olah mulai berbicara dan memberikan pengalaman yang tidak dia sadari sebelumnya.

Takako juga mulai membuka diri terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk Satoru, pamannya yang penuh keunikan. Meskipun mereka tidak dekat sebelumnya, kebersamaan mereka di toko buku mulai membangun ikatan yang lebih mendalam. Satoru, yang memiliki cara berpikir yang berbeda dan menarik, memiliki pandangan hidup yang dalam dan tenang, yang sedikit demi sedikit membantu Takako memahami pentingnya waktu, kesabaran, dan kecintaan dengan keluarganya.

Selain perubahan emosional yang dialami Takako, novel ini juga menyentuh kehidupan di Jimbocho yang penuh dengan sejarah dan kekayaan budaya. Kawasan yang dipenuhi dengan toko-toko buku tua ini membawa suasana yang hangat, Yagisawa sang penulis menggambarkan Jimbocho dengan penuh detail, sehingga pembaca dapat merasakan pesona dan atmosfernya, seakan mereka juga tengah berjalan di antara rak-rak toko buku tersebut.

Konflik besar dalam Days at the Morisaki Bookshop berkisar pada perjalanan emosional dan pencarian jati diri Takako setelah dia mengalami patah hati. Konflik utamanya lebih bersifat internal, di mana Takako harus menghadapi rasa kehilangan, kekecewaan, dan kekosongan setelah pacarnya meninggalkannya. Selain konflik internal, ada beberapa elemen eksternal yang muncul sebagai bagian dari perkembangan ceritanya, meskipun tidak terlalu dramatis. Salah satunya adalah hubungan Takako dengan keluarganya, terutama mengenai bagaimana dia mulai memahami lebih dalam tentang pamannya dan latar belakang keluarganya yang lebih kompleks daripada yang dia duga.

Namun, meski novel ini menawarkan suasana yang hangat dan reflektif, ada beberapa hal yang bisa dianggap sebagai kekurangan. Alur cerita cenderung lambat, dengan sedikit konflik besar yang membuat plot terasa agak datar. Fokus pada kehidupan sehari-hari Takako di toko buku mungkin terasa bosan bagi sebagian pembaca yang mengharapkan lebih banyak cerita yang lebih dalam. Selain itu, pengembangan karakter pendukung seperti Satoru terasa terbatas. Meskipun perannya penting dalam membantu perubahan hidup Takako, latar belakang dan motivasinya tidak terlalu digali secara mendetail.

Days at Morisaki Bookshop adalah kisah tentang pemulihan diri, dan penemuan makna hidup di tempat-tempat yang tidak terduga. Dengan latar yang unik, novel ini membawa pembaca ke dalam dunia yang tenang dan penuh renungan. Meskipun alurnya berjalan lambat, buku ini tetap menawarkan pengalaman yang menyentuh bagi mereka yang menyukai cerita reflektif dan hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun