Mohon tunggu...
Rafif
Rafif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemar membaca buku dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produsen Garam

6 Juli 2024   09:36 Diperbarui: 6 Juli 2024   09:47 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pembudidayaan garam sudah dijadikan sebagai target negara oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2011. Untuk merealisasikan target tersebut, pesisir dan pulau-pulau yang ada di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat atau yang dikenal dengan program PUGAR. Program PUGAR ini dilakukan dengan memberikan bantuan peralatan produksi dan pompa air untuk meningkatkan produksi garam. 

Dampak perubahan iklim terhadap produsen garam di Indonesia telah menjadi salah satu isu yang sangat penting dan sensitif. Perubahan iklim telah mengakibatkan variasi cuaca yang tidak stabil, termasuk hujan, panas berlebih, angin kencang, dan gelombang pasang. Hal ini telah mempengaruhi produktivitas garam di Indonesia, terutama di wilayah pesisir yang memiliki luas garam produktif yang signifikan.

Hujan yang tidak stabil telah menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi produksi garam. Hujan yang berlebihan dapat menyebabkan banjir dan genangan air yang dapat menghambat proses produksi garam. Sebaliknya, hujan yang kurang dapat menyebabkan kekeringan yang dapat menghambat proses produksi garam. Dampak ini sangat signifikan terhadap petambak garam yang bergantung pada kondisi cuaca untuk memprediksi hasil panen garam. Selain hujan, perubahan iklim juga telah mempengaruhi temperatur udara yang dapat mempengaruhi proses produksi garam. Panas berlebih dapat menyebabkan garam yang dihasilkan menjadi tidak berkualitas, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan proses produksi garam menjadi lambat. Dampak perubahan iklim juga telah mempengaruhi keberadaan ikan yang menjadi salah satu unsur penting dalam produksi garam. Perubahan iklim telah menyebabkan perubahan pola migrasi ikan yang dapat mempengaruhi ketersediaan ikan sebagai bahan baku produksi garam. 

Petambak garam biasanya memiliki pengetahuan tradisional tentang bertambak garam yang diwariskan secara turun-menurun. Walaupun beberapa petambak garam telah puas dengan teknologi yang mereka dapat secara turun-menurun, beberapa lainnya ingin meningkatkan pendapatan mereka dengan menggunakan teknologi baru. Oleh karena itu, terjadi proses adaptasi masyarakat petambak garam dengan mengadopsi teknologi untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Produksi garam dengan menggunakan teknologi tradisional dipengaruhi oleh iklim yang tidak menentu. Pada lahan tambak, kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi meliputi angin, hujan, abrasi, tanah timbul, serta gelombang pasang. Keterbatasan pengetahuan tentang kondisi cuaca tersebut akan berdampak pada produksi garam, seperti perubahan kuantitas produksi, persediaan peralatan produksi, dan perubahan kesejahteraan petambak garam. Untuk mengantisipasi kondisi yang tidak menentu, petambak garam harus melakukan strategi adaptasi tertentu untuk tetap mendapatkan penghasilan yang memenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang tahun.

Dampak iklim ini juga digunakan untuk pengambilan kebijakan terkait dengan prakiraan perhitungan impor. Dengan memperkirakan produksi, kebutuhan impor pada akhir tahun akan sesuai dengan kebutuhan garam secara nasional. Perhitungan stok dan kebutuhan garam secara nasional diperlukan untuk mengantisipasi kelangkaan dan kelebihan stok garam, yang akan mempengaruhi produksi garam pada tahun berikutnya.

Petambak garam yang melakukan aktivitas produksi garam harus selalu memperhatikan gejala alam, terutama kondisi cuaca. Berdasarkan hasil survey, dampak iklim di lahan tambak yang paling terasa adalah hujan, panas berlebih, angin kencang, gelombang pasang, serta abrasi dan tanah timbul. Oleh karena itu, petambak garam harus melakukan adaptasi yang sesuai dengan kondisi cuaca yang tidak menentu untuk tetap memproduksi garam yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Untuk menghadapi dampak perubahan iklim, petambak garam di Indonesia telah mengembangkan strategi adaptasi yang berbeda-beda. Strategi ini meliputi mencari pekerjaan lain di luar sektor kelautan dan perikanan, memelihara bandeng, dan mencari teknologi baru seperti aditif dan penataan lahan iklim. Dalam rangka meningkatkan produktivitas garam, pemerintah Indonesia juga telah mengembangkan berbagai program dan inisiatif. Salah satu contoh adalah program PUGAR yang sudah disebutkan di awal tadi yang memberikan bantuan peralatan produksi dan pompa air untuk meningkatkan produksi garam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun