Pada tahun 2014 terjadi rentetan aksi kekerasan bersenjata di Aceh. Aksi kekerasan bersenjata ini diarahkan kepada Din Minimi pemimpin Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai pelaku utamanya. Aksi ini didasari oleh tuntutan-tuntutan komplotan (GAM) terhadap pemerintahan Indonesia.
Adanya aksi itu kemudian pemerintah Indonesia mengambil keputusan bernegosiasi untuk perdamaian dengan komplotan (GAM) yang dipimpin oleh Din Minimi.
Negosiasi damai antara pemerintah Indonesia yang diwakili Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso dan kelompok bersenjata Dini Minimi terjadi setelah kedua pihak berkomunikasi secara intens.
Perundingan itu bisa terjadi, salah satunya karena peran Juha Christensen, seorang warga negara Finlandia yang berpengalaman menjadi fasilitator perundingan damai Gerakan Aceh Merdeka dengan Republik Indonesia sehingga kedua pihak mengakhiri konflik pada tahun 2005 lalu.
Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Sutiyoso kepala Badan Intelegen Indonesia pada saat itu datang ke markas (GAM) untuk melakukan negosiasi. Kata Sutiyoso kepada wartawan BBC Indonesia, melalui sambungan telepon, Selasa (29/12) siang. "Saya datang ke markas mereka, saya memerlukan tiga sampai empat jam untuk sampai ke kamp mereka, dan kita negosiasi tadi malam (Senin, 28/12),"
Setelah melakukan perundingan akhirnya Din Minimi secara resmi bersedia menyerahkan diri kepada (BIN). "Tadi pagi secara resmi mereka menyerahkan diri ke kita (BIN)," ungkap Sutiyoso.
penyerahan diri Din Minimi itu kemudian diikuti oleh 120 orang anak buahnya. Mereka kemudian menyerahkan 15 pucuk senjata, tambahnya.
Sutiyoso menjelaskan, langkah negosiasi dengan kelompok Din Minimi ini dilakukan karena sesuai kebijakan pemerintah yang mengedepankan "pendekatan halus" (soft approach) dalam menghadapi kelompok separatis atau kelompok bersenjata.
Kesimpulan dari kasus negosiasi antara pemerintahan Indonesia yang diwakili oleh sutiyoso kepala badan intelegen negara dengan kelompok bersenjata (GAM) ini, negosiasi harus dilakukan dengan keterbukaan dan keberanian, agar kepercayaan dapat didapat oleh penegosiasi. Pendekatan halus (soft approach) dalam kasus ini dapat dijadikan contoh-contoh untuk bernegosiasi dengan baik dan sukses dalam kasus-kasus serupa.
Lobi (Lobbying):
- Definisi: Lobi adalah upaya mempengaruhi pihak lain untuk mendukung kepentingan bisnis atau organisasi tertentu. Ini melibatkan komunikasi dengan pemangku kepentingan, pejabat pemerintah, atau individu lain yang memiliki pengaruh.
- Tujuan: Lobi bertujuan untuk memperoleh dukungan, mengubah kebijakan, atau mempengaruhi keputusan yang menguntungkan.
- Strategi:
1. Analisis dan Riset: Sebelum melakukan lobi, penting untuk memahami situasi, kepentingan, dan posisi lawan.
2.Persuasi: Selama proses lobi, gunakan teknik persuasi yang efektif.
3. Kompromi: Cari titik tengah yang menguntungkan semua pihak.
4. Kesabaran: Lobi memerlukan waktu dan ketekunan
5. Keterampilan komunikasi : keterampilan berkomunikasi sangat penting dalam loby
Negosiasi:
- Definisi: Negosiasi adalah proses mencapai kesepakatan antara dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Ini melibatkan tawar-menawar dan kompromi.
- Tujuan: Negosiasi bertujuan untuk mencapai hasil yang menguntungkan bagi semua pihak.
- Strategi:
1. Analisis dan Riset: Pahami situasi, kepentingan, dan posisi lawan.
2.Keterampilan Komunikasi: Berbicara dengan jelas, mendengarkan, dan memahami kebutuhan lawan.
3. Taktik: Gunakan taktik yang sesuai, seperti menawar, menghindari konflik, atau mencari solusi bersama.
4. Kesabaran dan fleksibilitas : sabar dan siap untuk mengubah pendekatan jika diperlukan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H