Enigma Harsa, atau "Teka-Teki Kebahagiaan" dalam bahasa Indonesia, merupakan sebuah eksplorasi dalam bentuk diksi sastra yang ditorehkan oleh Dika. Dalam perjalanan karyanya, Dika memunculkan sejumlah pertanyaan menarik seputar kebahagiaan, menggugah pemikiran tentang apakah kebahagiaan dapat bersifat abadi, apakah itu merupakan manifestasi alamiah, dan mengapa begitu banyak orang di sekitarnya merasa tidak bahagia meskipun hidup dalam kelimpahan. Dika juga mempertanyakan fenomena menarik tentang orang-orang yang tidak memiliki apa-apa namun mampu menemukan kebahagiaan dalam hidup mereka.
Pameran Enigma Harsa tidak hanya merupakan wadah bagi Dika untuk mengekspresikan pertanyaan-pertanyaan filosofisnya, tetapi juga menjadi sarana untuk menjawab dan menceritakan pengalaman kehidupan melalui karya fotografinya. Setiap potret yang dipajang tidak hanya sekadar gambar, tetapi sebuah narasi visual yang menggambarkan kisah kehidupan, dilema, dan perjuangan manusia dalam meraih kebahagiaan. Dika berusaha untuk mengungkap makna dan esensi kebahagiaan melalui lensa kreativitasnya.
Troelstra, seniman jalanan yang turut memberikan respons unik terhadap karya-karya Dika, menghadirkan dimensi tambahan pada pameran ini. Sebagai seniman yang peka terhadap isu-isu sosial, Troelstra menyampaikan perspektif dan perasaannya melalui medium
gambarannya. Warna-warna yang dipilihnya bukan hanya mencerminkan keahlian artistiknya, tetapi juga mengandung makna mendalam yang sesuai dengan isu-isu sosial yang diangkat dalam pameran. Troelstra dengan jelas berbicara melalui karyanya, memperkaya makna pameran dengan sudut pandang uniknya sebagai seniman jalanan yang berpartisipasi dalam percakapan visual ini. Pameran "Enigma Harsa" tidak hanya menciptakan ruang refleksi tentang kebahagiaan, tetapi juga menyatukan dua seniman yang melalui karyanya menyajikan dialog mendalam tentang kehidupan dan arti sejati kebahagiaan.
Pihak penyelenggara dari event atau pameran ini adalah dari rumah empatsatu yang berkolaborasi dengan pemilik tempat pameran yaitu al coffee, mereka tidak hanya sekedar membuat acara pameran semata, namun mereka juga membuat Sub.Event diantaranya kelas cinema, photography, kolase, graffiti, dan stencil. melihat antusiasme dari masyarakat mereka cukup terkesan dengan event tersebut dikarenakan sangat jarang di Gresik terdapat kelas yang menawarkan harga yang cukup affordable tetapi dengan pemateri yang cukup berpengalaman dibidanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H