Ketika memahami perbedaan kedua masalah tersebut, seorang pemimpin mampu menerapkan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, menggunakan 4 paradigma berpikir, menentukan apakah ini berkaitan tentang individu atau kelompok (masyarakat), rasa keadilan maupun rasa kasih sayang, kebenaran melawan kesetiaan, atau sebaliknya untuk jangka pendek atau jangka panjang. Itu adalah pilihan dari pengambil keputusan yang tentu saja mampu memilih prinsip dilema etika yaitu berpikir prinsip hasil akhir, peraturan atau karena rasa peduli pada sesama.
Jika langkah-langkah dari pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan, dan menerapkan 3 paradigma dilema etika serta prinsip resolusi tentu harapannya setiap keputusan yang diambil akan selaras dengan prinsip pengambilan keputusan itu sendiri yaitu harus berpihak pada murid, dapat dipertanggung jawabkan dan tentu saja mengandung nilai-nilai kebajikan universal.
Dengan menyadari bahwa pengambilan keputusan yang tepat dari seorang pemimpin, dengan melibatkan kolaborasi dari berbagai pihak yang berkepentingan, dan tentu pemimpin itu akan mampu membawa semua warga sekolah dan masyarakat dalam siklus yang positif, mampu mengambil keputusan yang bijak dan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, semua warga sekolah dan masyarakat banyak di sekitarnya.
Akhir kata, bahwa sekolah adalah institusi moral, dan pemimpin yang bijak sejatinya lebih memilih merawat kodrat murid dengan moral yang baik daripada menghukuminya karena kesalahan yang telah diperbuat. Menghukum murid karena kesalahan adalah boleh bahkan diharuskan, tapi memilih merawat moral anak-anak adalah lebih utama demi masa depannya yang lebih baik.
Salam dan Bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H