Mohon tunggu...
Reza Athabi Zayeed
Reza Athabi Zayeed Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulusan Program Studi Manajemen SDM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Seorang yang memiliki fokus peminatan pada ranah keilmuan Pengembangan SDM, Organisasi, Psikologi, dan Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampanye Sudah Dimulai! Hati-Hati, Jenis Sesat Pikir yang Sering Dilontarkan Politisi!

9 September 2024   09:20 Diperbarui: 9 September 2024   09:52 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

False dilemma adalah kesalahan berpikir yang terjadi ketika seseorang hanya menawarkan dua buah pilihan, padahal sebenarnya masih banyak pilihan lainnya. Kesalahan berfikir ini juga sering disebut sebagai kesalahan berfikir hitam-putih. Misalkan dalam satu kampanye dengan para pendukung, sang politisi menyeru dengan mengeluarkan kata-kata "Merdeka atau Mati" yang tujuannya untuk membangkitkan semangat para pendukungnya. Padahal jika kita cermati secara seksama, ada banyak pilihan lain yang dapat dipilih selain hanya merdeka atau mati. Tidak bisakah kita merdeka tanpa harus mati? Atau mungkin ada opsi yang lain.

Slippery Slope

Kesalahan jenis berpikir semacam ini terjadi ketika berbagai hal, peristiwa, atau kejadian saling dihubungkan satu persatu tanpa dilandasi proses pengamatan yang akurat dan lebih banyak didasarkan pada asumsi-asumsi semata. Logika yang dipakai dalam jenis kesalahan berpikir ini sering menggunakan urutan jika-maka yang dihubungkan secara tidak koheren. Sebagai contoh dalam suatu perdebatan di Parlemen, ada salah satu dewan yang menyeru tidak menyetujui undang-undang pembatasan penggunaan senjata. Dewan tersebut berujar " kalau kita meloloskan undang-undang tersebut, maka konsekuensinya kita harus membuat undang-undang tentang pembatasan yang lain, dan jika itu terjadi, pada akhirnya negara kita seperti negara komunis". Dalam menyikapi kekeliruan berfikir ini, penting bagi kita untuk mengetahui hubungan antar suatu peristiwa atau hal yang dikaitkan terlebih dahulu lalu kemudian tunjukkan bahwasannya suatu hal yang saling berhubungan tersebut, tidak selalu memiliki konsekuensi yang saklek. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi.

Prejudicial Language

Proses kesalahan berpikir ini terjadi ketika seseorang melontarkan suatu pernyataan yang mengandung unsur emosi didalamnya untuk membuat seseorang percaya dengan kebenaran suatu pernyataan. Narasi yang sering dilontarkan cenderung memiliki kesan memaksa seseorang untuk dapat menyetujuinya. Salah satu contoh yang dapat menjelaskan jenis kesalahan berfikir ini adalah ketika seorang politisi berkampanye dengan memiliki keyakinan kuat akan kebenaran partainya yang bersih, jauh dari praktek politik kotor, dan idealis. Pernyataan yang pada umumnya sering dilontarkan adalah "orang yang pintar dan berhati jernih pasti memilih partai A". Sebagai warga yang bijak dalam menyikapi narasi seperti itu, pertama-tama harus bisa mengenali istilah  yang mengandung prasangka atau emosi dan tunjukkan bahwa menolak kesimpulan dari pernyataan itu tidak membuat seseorang menjadi seperti apa yang dikatakan dalam pernyataan tersebut.

Itulah beberapa jenis kesalahan berpikir dari sudut pandang penulis. Sebenarnya masih banyak jenis-jenis kesalahan berfikir lainnya yang belum tersampaikan,  tetapi yang disebutkan diatas adalah yang dari sudut pandang penulis sering digunakan oleh para politisi untuk meraih empati dan suara masyarakat. Sebagai masyarakat yang kritis dan logis, keputusan menentukan pilihan kandidat bukan hanya berangkat dari bagaimana ketika dia berbicara didepan publik, lancar tidaknya saat ia menyampaikan gagasan atau bagus tidaknya retorikanya, tetapi juga dilihat dari apa yang disampaikannya, apa muatannya, visi-misinya, gagasannya serta program-programnya hingga keterkaitan secara logis dari muatan, visi-misi, gagasan serta program yang akan dijalankan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun