Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Parpol Penuh Pesona dan Republik Impian

25 Juli 2011   16:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13116126581331674322

Oleh : Atep Afia Hidayat - Beberapa tahun yang lalu istilah tebar pesona sempat naik ke permukaan, dipopulerkan oleh seorang politisi terkemuka negeri ini terhadap politisi lainnya. Sebenarnya seorang politisi menebar pesona sangat wajar, bagaimana bisa dipilih oleh rakyat seandainya tidak punya pesona.

Ada politisi tebar pesona, ada juga partai politik (Parpol) penuh pesona. Dalam kiprah institusinya yang dikejar adalah bagaimana supaya tampil penuh pesona, kapanpun dan di manapun. Beragam upaya ditempuh untuk meningkatkan pesonanya, mulai dari memasang tayangan-tayangan iklan di media cetak, elektronik dan online; melalui tampilan dan mulut manis juru bicaranya ketika diwawancarai atau mengikuti dialog di televisi; dan beragam cara lainnya.

Parpol penuh pesona mewacanakan republik impian. Seolah rakyatnya sejahtera, nyaris tidak ada yang miskin; seolah rakyatnya berpendidikan baik, hampir tidak ada yang putus sekolah; seolah rakyatnya bekerja dan produktif, hampir tidak ada yang menganggur; seolah rakyatnya diperlakukan adil dan senantiasa dipayungi hukum, nyaris tidak ada yang dizalimi.

Parpol penuh pesona selalu menyuarakan republik impian. Di mana institusi parpolnya bebas korupsi, pemerintah yang dibentuknya bersih dan berprestasi, seluruh menterinya propfesional dan mumpuni, serta semua anggota parlemennya selalu memperhatikan aspirasi dan kepentingan rakyat.

Namun yang terjadi pesona hanyalah tinggal pesona, bahkan pencitraan Parpol penuh pesona bergeser menjadi Parpol penuh kemunafikan, kebohongan, manipulasi, dan memuakan. Secara perlahan namun pasti bukan pesona yang muncul dihati rakyat, namun muak. Hal itu karena yang terjadi di dunia nyata hanyalah pesona pepesan kosong, pesona penuh kepalsuan, bahkan pesona yang gombal.

Rakyat menjadi muak. Padahal sebelumnya begitu berharap bahwa Parpol penuh pesona mampu membangun republik impian. Namun bagaimana republik impian bisa terwujud jika pemerintahan berjalan secara acak adut dan amburadul.

Parpol penuh pesona ternyata hanya mampu membangun pesona dan gagal membangun kinerja. Padahal yang dibutuhkan rakyat saat ini bukan pepesan kosong, namun bukti dan tindakan nyata untuk semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Parpol penuh pesona menjanjikan pemberantasan korupsi, namun ternyata oknumnya menjadi biang korupsi. Parpol penuh pesona berjanji akan menyelenggarakan pemerintah yang bersih dan berwibawa, namun ternyata oknumnya menjadi pencemar dari kebersihan pemerintah.

Pemilu 2014 segera menjelang. Genderang tebar pesona mulai bersahutan di penjuru negeri. Parpol yang lama dan baru mulai bersolek buat membagi pesona se-mempesona mungkin. Makin mempesona makin banyak rakyat yang bisa direkrut, walau hanya sebatas mencoblos (melobangi) gambar kandidat presiden dan wapres, serta calon anggota parlemen. Tebar pesona yang memakan biaya sangat banyak, ratusan milyar, bahkan puluhan triliun rupiah.

Pesta demokrasi 2014 yang akan diikuti oleh hampir 200 juta penduduk yang sudah berusia 17 tahun ke atas atau sudah kawin (nikah), diharapkan tidak diikuti politisi penyamun, sehingga semua Perpol bebas dari pesona yang palsu dan tidak bermutu. Parpol harus mampu dan tegas menyeleksi kader tulen atau kader dadakannya yang akan ditempatkan di parlemen, baik di DPR, DPR Provinsi maupun DPR Kota dan Kabupaten. Sebaiknya politisi penyamun, tidak bermutu dan kutu loncat jangan diberikan tempat. Hendaknya daftar calon anggota parlemen diisi oleh politisi sejati yang memang sangat dibutuhkan rakyat.

Dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, hendaknya yang dicalonkan hanyalah negarawan unggul, bukan negarawan gadungan yang setelah terpilih seperti kacang lupa pada kulitnya; atau yang setelah terpilih bukannya berbuat dan bertindak buat rakyat, justru malah penuh keraguan dan kebingungan akan apa yang harus dikerjakannya. Pilihan calon presiden yang negarawan, nerwibawa, tegas, jujur, adil, berani dan memiki segudang karakter unggul lainnya.

Republik impian begitu didambakan 237 juta rakyat Indonesia. Semoga Pemilu 2014 yang bakal diikuti sekian banyak Parpol, bisa memilih calon-calon pengelola negara yang benar-benar mampu dan mumpuni. (Atep Afia, pengelola http://www.pantonanews.com).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun