Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Money

Berwirausaha Ada "Cara Gila-nya" Lho !

3 Mei 2011   12:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:07 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Cara Gila Jadi Pengusaha – Penulis : Purdi E. Chandra – Penerbit : Elexmedia Komputindo – Resensi Oleh : Atep Afia Hidayat - Pernahkan Anda tergila-gila dengan sesuatu ? Bisa disebabkan hobi tertentu, aktivitas tertentu atau orang tertentu. Ciri-ciri seseorang yang sedang mengalami proses tergila-gila ialah antusiasme yang meluap-luap, animo atau hasrat yang menggebu-gebu, dan fokus. Sebagian besar pembicaraan dan pikirannya tertuju pada obyek yang menyebabkannya tergila-gila. Jika seseorang tergila-gila dengan kegiatan mancing misalnya, maka topik obrolannya selalu mengarah pada mancing. Begitu pula seseorang yang tergila-gila dengan sepeda motor tertentu, mobil tertentu, tempat wisata tertentu, artis dan penyanyi tertentu, dan sebagainya, selalu saja membicarakan hal-hal tersebut. Lantas, bagaimana dengan seseorang yang tergila-gila dengan usaha atau membuka dan menjalankan usaha. Ya, fokus pikiran, pembicaraan dan tindakannya selalu mengenai usaha, dagang, bisnis atau apapun istilahnya. Nah, ternyata kegilaan menjadi pengusaha tersebut bisa ditularkan dengan sejenis virus yang bernama virus entrepreneur. Adalah Purdi E. Chandra, seorang pria kelahiran Lampung, melalui sebuah bukunya “Cara Gila Jadi Pengusaha”, berupaya menebar virus untuk menjadi gila usaha tersebut. Pengusaha yang memulai bisnisnya dengan membuka bimbingan belajar Primagama tersebut, mengungkapkan beragam cara gila, tahap demi tahap, untuk menjadi pengusaha. Buku stebal 232 halaman tersebut dipilah ke dalam 8 bagian dan 76 topik. Pada bagian 1, Purdi mengupas ihwal berani dan mimpi yang menjadi modal dasar untuk calon entrepreneur. Ya cuma faktor berani dan faktor mimpi, mulai dari berani mimpi, berani mencoba, berani merantau, berani gagal, berani sukses, kemudian mimpi jadi entrepreneur dan mimpi jadi investor. Bagaimanapun, setiap orang harus yakin bahwa mimpi atau visi itu sama dengan cetak biru (blue print) dari realita. Begitu tulis Purdi, mengawali halaman pertamanya. Pada bagian 2, dijelaskan cara menjadi entrepreneur. Ternyata semua orang bisa jadi entrepreneur, dari suku apapun, tua atau muda, bergelar atau tidak, semua memiliki peluang. Beberapa topic dalam bagian ini sangat menarik, lebih bersifat terapan karena memang ditulis oleh seorang praktisi. Dimulai dengan topik: Jadi entrepreneur, semua bisa !; Gagal kuliah, jadi entrepreneur. Purdi memang sempat beberapa kali gagal kuliah, karena kesengsem jadi pengusaha; Selanjutnya topic berani dulu, baru terampil. Ya, hal ini menyangkut jam terbang memulai usaha, harus diawali dengan keberanian, dengan sendirinya secara perlahan kemampuan atau keterampilan akan mengkristal dan makin berkembang. Bagian ini diakhiri dengan topik : Setelah pensiun, mau apa? Ya, banyak pensiunan yang stress, bahkan depresi, terutama karena hidup menjadi hampa dan kagiatan menjadi minimalis. Konon, enaknya pension itu hanya tiga bulan, selepas itu muncul kebingungan. Nah, menjadi pengusaha adalah salah satu solusinya. Untuk memulai jadi pengusaha memang jangan terlalu banyak pertimbangan dan pikiran. Dalam hal ini Purdi menganalogikan seperti mau masuk kamar mandi, begitu mudah, tanpa hitung-hitungan yang rumit, tanpa rencana-rencana yang muluk. Tinggal masuk kok. Bagian 3 mengupas tuntas ihwal pentingnya kecerdasan emosional bagi pengusaha. Ya, erat kaitannya antara emosi dengan bisnis. Berikut beberapa nilai positif emosi, mulai dari memicu kreativitas dan inovasi, mengaktifkan nilai etika, mempengaruhi penalaran dan rasionalitas dalam berbisnis. Emosi adalah motus anima atau jiwa yang menggerakan kita. Bagian 4 membahas gaya memimpin seorang entrepreneur. Ya, pengusaha adalah pemimpin. Ternyata menurut Purdi, bahwa bos bukan pemimpin, pemimpin bukan manajer. Bos memang panggilan terhormat, tetapi terkesan ada mau dan pamrih. Banyak orang yang risih dengan panggilan tersebut, termasuk Purdi. Dalam hal ini Purdi lebih menginginkan jadi entrepreneur leader. Pemimpin adalah teladan, menjadi referensi bagi yang dipimpinnya, sehingga cepat berkembang. Sedangkan bos identik dengan juragan, terkesan banyak maunya, egois, sikapnya seolah ingin menakuti anak buahnya. Sikap ke-bos-bos-an ini bisa menimbulkan kegelisahan, penderitaan, ketersinggungan, bahkan permusuhan. Jika dalam mengendarai mobil dikenal adanya jalur cepat dan jalur lambat, maka untuk menjadi pengusaha sukses pun juga dikenal ada jalur cepat. Pada bagian 5 dikupas mengenai hal tersebut. Beberapa jalur cepat untuk menjadi pengusaha sukses, mulai dari banyak melayani; buka bisnis pertama, kedua, ketiga dan seterusnya; banyak menyumbang; dan lebih berani mengambil keputusan. Bagian 6 membahas tentang hati nurani dan intuisi sang entrepreneur. Intuisi tak lain merupakan kemampuan psikis yang dikenal sebagai firasat, atau kemampuan untuk merasakan apa yang akan terjadi selanjutnya. Berkenaan dengan intuisi tidak ada penjelasan rasional mengenai kemampuan ini, atau informasi fisik tentang masalah ini. Dengan demikian, intuisi tepatnya intuisi bisnis menjadi sangat penting bagi seorang pengusaha. Bagian 7 menyajikan hasil pembelajaran dari contoh-contoh sukses, mulai dari manajemen Sari Bundo, bisnis Mbah Mo, belajar dar Bank Mega, dan sebagainya. Pada dasarnya untuk mulai berbisnis tak ada salahnya men-contek dari pendahulu yang sudah sukses. Prinsip ATM, yaitu amati, tiru dan modifikasi, layak diterapkan. Bagian 8 sebagai menutup membahas tentang entrepreneur sebagai soko guru perekonomian. Ya, bagaimanapun jumlah pengusaha di Negara kita masih sangat sedikit, rasionya sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Padahal makin maju sebuah Negara makin banyak jumlah pengusahanya, Bagaikan virus yang menular dengan ekspansif, seharusnya seorang pengusaha menularkan kemampuannya pada calon-calon pengusaha, sehingga semakin banyak pengusaha baru yang muncul. Buku Purdi Chandra begitu menginspirasi, walaupun judulnya terkesan bombastis, terutama dengan kata gila dibalakang kata cara. Meskipun judulnya Cara Gila Jadi Pengusaha, namun kontennya masih tergolong cara-cara wajar, cara normal dan cara biasa saja, dan belum ada cara gila di dalamnya. Ternyata modal utama jadi pengusha ialah berani mulai, langsung saja njorokke atau nyemplung ke samudra usaha. Untuk menjadi pengusaha, perlu diawali dengan menerapkan pola pikir baru (new mind set), kemudian mengubah kebiasaan, merenovasi sikap, kemudian mengunduh berbagai karakter pengusaha sukses, maka nasib sebagai pengusaha sukses pun akan diraih. (Atep Afia). Gambar : Purdi E. Chandra, Penulis Buku "Cara Gila Jadi Pengusaha"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun