Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tekel Mati ala Paco

1 November 2021   09:51 Diperbarui: 1 November 2021   10:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Percakapan di meja makan menjadi semakin seru ketika ditambah "bumbu" asal Spanyol, yakni Barcelona dan Real Madrid. Saya ingat beberapa hari lalu saat Manchester United dicukur habis oleh Liverpool dengan skor telak 5-0, beberapa saudara yang adalah fans fanatik Barcelona, mengejek para fans MU. Namun, para pendukung Madrid tak tinggal diam. Mereka menelanjangi pendukung Barcelona yang pada saat bersamaan dibabat habis dalam laga el clasico di Camp Nou. 

Ejekan semakin seru di kalah perdebatan mulai menyentuh siapa pemain terhebat sepanjang masa, Ronaldo atau Messi? Saya tentu mempertahankan Ronaldo yang telah mengemas lebih dari 700-an gol. Lalu beberapa saudara tetap bersih keras membela Messi yang telah mengumpulkan 6 balon d'or. 

Menarik untuk ditelisik lebih jauh ketika berbicara bola. Umur bukan menjadi soal. Saya tinggal bersama seorang Spanyol yang sudah berusia 95 tahun. Kami biasa memanggilnya Paco, singkatan dari Francisco atau dalam bahasa kita Fransiskus. 

Meski demikian, dia memiliki semangat yang besar dan tidak kalah dari sesama saudara saya yang masih muda belia. Dia pendukung fanatik Real Madrid. Beliau mengatakan, "Soy un madrileo desde barriga de mi mama." 

Ungkapan ini kalau diterjemahkan ke bahasa Kupang seperti ini, "Saya fanatik Real Madrid dari dolo pung sorong pi lai." Tidak ada yang bisa memisahkan beliau dari Real Madrid. 

Hari ini Barcelona mengalami kekalahan di kandang Rayo Valecano. Mereka rela memungut satu bola yang masuk ke gawangnya. Ada kesempatan menyamakan kedudukan lewat titik putih. Namun, Memphis Depay tidak mampu menempatkan si kulit bundar di sudut berbeda dari jangkauan penjaga gawang. Alhasil, skor 1-0 tetap bertengger hingga peluit akhir berbunyi.

Kita kembali ke meja makan. Paco, misionaris ulung dari Spanyol itu, merasa nyaman ketika mendengar kabar bahwa Barcelona tertinggal 1-0 dan pertandingan masih menyisahkan waktu 15 menit. Dia melahap hidangan siang dengan penuh semangat. Tak menunggu lama, beliau meluncur ke ruang komputer. Berita seputar kekalahan Barcelona dicarinya di jendela pertama om google.

Kami tetap asyik berbicara tentang topik lain. Sesekali kami kembali ke topik sensitif tentang kekalahan Barcelona. Beberapa teman, para pendukung Barcelona, tidak bisa berbicara banyak karena klub kesayangan mereka mulai kehilangan keperkasaan. Tidak lama berselang Paco kembali ke ruang makan. Dia membawa berita gembira, seperti Malaikat Gabriel melawati Maria. 

Dari mulutnya kabar gembira itu tersiar bahwa Barcelona menang 2-1. Sebagaimana para gembala yang bersukacita karena kelahiran Yesus Kristus, demikian pula beberapa saudara pendukung Barcelona melonjak kegirangan. Kini sukacita kebahagiaan mulai bersinar di wajah mereka. Barcelona belum hilang. Dia akan tetap eksis sampai kapanpun. Demikian mereka mengglorifikasi klub kebanggaan asal Catalan itu. 

Saya terdiam. Dalam hati sedikit menyesal karena tidak ada ruang untuk bisa mengejek. Mereka pasti akan menanti laga Real Madrid kontra Osasuna. Jika Madrid kalah, maka api neraka akan berpindah dan menimpa ke kami para pendukungnya. Semoga saja Madrid menang dan kalaupun tidak cukup memperoleh hasil imbang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun