Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tukang Kayu yang Jenius

17 November 2020   22:31 Diperbarui: 17 November 2020   22:53 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si tukang kayu itu patut diberi jempol. Meski kurus dan tidak pandai bicara dia bisa menghasilkan berbagai bentuk dan model perlengkapan rumah. Dia mampu menguasai semua perlengkapan mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar. Semuanya masuk dalam radar berpikirnya yang jenius.

Ketika menemukan material yang keras, dia memakai alat yang keras. Saat mengolah bahan yang kecil dia mendesainnya dengan baik. Ada banyak alat yang dia pakai untuk menjaga kualitas karyanya.

Ada satu hal yang semua orang lupa dari si tukang kayu itu. Bekerja adalah waktu yang tepat baginya untuk merenung. Bersamaan dengan satu perlengkapan yang dihasilkan, dia telah menciptakan berbagai ide untuk perlengkapan yang lain. Itulah mengapa seorang tukang kayu tidak cepat mengambil sebuah keputusan.

Salut buat ketegasan sang tukang kayu. Menghasilkan satu karya tangan saja membutuhkan waktu dan tenaga yang ekstra. Namun dia bertindak tegas ketika fungsi dan kulitas perlengkapan itu tidak sesuai dengan kepuasan pembeli. Dia tidak segan-segan mencopot dan memecat dengan cepat tanpa ribet.

Inilah kualitas pemimpin yang unik dan berkharisma. Bersyukur si tukang kayu menjadi desainer perayu layar Ibu Pertiwi. Nahkodaku jangan pernah takut berlayar. Samudra dan laut yang garam menantimu.

Lawan mereka dengan gayamu. Yakinlah, kita akan tiba pada sebuah fase di mana sukacita dan damai sejahtera dirasakan oleh semua orang.

Oh ya, tunggu dulu. Ada satu hal yang dilupakan. Peti-peti mati dibuat oleh siapa si? Aduh si tukang kayu ni. Gawat deh. Dia meladeni permainan mereka dengan menyediakan peti-peti mati. Ingin tertawa tapi tak sudi.

Si tukang kayu tahu bagaimana meladeni kerasnya hati manusia. Dia tidak menghadapi pedang dengan pedang. Ketika mereka bermain api dia memakai air. Saat mereka berteriak dia memilih diam.

Nah, ketika mereka kecapaian dia mulai memainkan perannya. Si tukang kayu sangat paham filosofis Jawa. "Keris disimpan di belakang". Ketika mereka tidur dengan keris itu dia akan melakukan pembalasan.

Ingat, pembalasan si tukang kayu bukan dengan darah dan tumbal namun dengan hukum dan aturan. Sekali lagi, salut untuk si tukang kayu. Dia tidak membenci pribadi. Dia menyayangi mereka. Dia merangkul semua. Dia hanya membenci perbuatan mereka.

Karena membenci perbuatan mereka, hukum selalu berbicara di depan fakta. Hukum tidak pandang bulu. Yang salah diadili sesuai aturan yang berlaku. Hukumlah yang membalas perbuatan mereka yang memecah belah.

Beredar kabar bahwa terdapat antrian peti mati di depan gedung penegak hukum. Siapa yang salah dipetimatikan. Miris sekali. Setelah dimasukan ke dalam peti mereka disusun di dalam jeruji besi.

Maju terus si tukang kayu. Perlengkapan kerjamu masih berlimpah. Stok kayu di Indonesia masih terlalu banyak. Perusahan besi akan memfasilitasi paku, mur, baut, dan alat-alat lainnya. Kami rindu desain terbarumu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun