Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tembak di Tempat

14 Oktober 2020   23:51 Diperbarui: 15 Oktober 2020   23:17 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya butuh pertolonganmu sekarang!" bentaknya.

Hati kamu memanas. Kamu bangkit dari tempat tidur. Saat tengah berjalan keluar rumah, kamu mendengar letusan senjata berhamburan. Kamu serentak melindungi diri di sebuah tembok.

"Di manakah engkau hai manusia tak tahu etiket?" teriak seseorang.

Kamu ingin memberitahu keberadaan orang yang sedang dicari itu. Dia bersembunyi di gudang. Namun, kamu memiliki tanggung jawab moral. Ada hal yang ingin kamu dan semua pihak harapkan dari seorang yang bersembunyi itu. Inilah kesempatan untuk mengorek akar-akar pembuat kekacauan di negeri ini.

Kamu bersyukur karena terhindar dari banyak peluru. Dewi fortuna masih menjagamu. Kamu melihat pakaian pemuda itu menunjukkan identitas sebuah organisasi radikal.

Pemuda itu keluar dari gudang. Dia bersyukur atas bantuanmu. Suara tangis memecah udara pagi. Dia menyesal atas perbuatannya. Selama ini dia bertindak radikal karena pengaruh teman dan organisasi. Banyak kekacauan, demo, dan kerusuhan karena ulah pemuda itu dan kawan-kawan. Di mata mereka, semua orang jahat. Karena itu, tugas mereka harus melenyapkan siapapun yang menghabatnya.

"Jangan serahkan aku kepada pihak berwajib. Aku masih ingin hidup," pinta pemuda itu.

"Kamu aman sekarang. Tenanglah. Ayo ikut ke dalam," kamu mengajaknya.

Dari kegelapan dua anggota keamanan datang bersenjata lengkap. Sinar laser berada tepat di jantungnya.

"Tembak di tempat!" sebuah suara perintah.

"Jangan!" teriakmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun