Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Ayah dan Kakak Jadi Pendemo?

11 Oktober 2020   10:09 Diperbarui: 11 Oktober 2020   10:34 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bocah kecil di trotoar itu hanya bisa menatap kosong ketika seorang loper koran menunjukkan wajah ayah dan kakaknya di halaman pertama media cetak. Mereka menghancurkan masa depan anak dan adik sendiri. Keterlibatan dalam demo itu sia-sia. Semua fasilitas dirusak.

Dari video-video yang ditemukan di grup publik, banyak orang yang kelihatan bodoh ketika ditanya apa, mengapa dan bagaimana? Kebingungan mereka menjadi bahan tawa dari orang-orang kecil. 

Malu jika bertindak tanpa tahu sebab. Mereka bergerak karena pengaruh orang-orang dekat dan sahabat. Sekali lagi, bocah itu malu menjadi melihat tindakan yang tidak terpuji.

Berdemolah dengan diri sendiri sebelum berdemo untuk orang lain. Bukalah wawasan berpikir baru memberi wawasan bagi orang lain. Jangan sampai jatuh dalam kebingungan karena ulah sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun