Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waspada Gerakan Senyap G30S/PKI

30 September 2020   22:33 Diperbarui: 30 September 2020   22:36 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan "Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia" (KAMI) menyusup ke sendi-sendi masyarakat sosial ataupun masyarakat media sosial saat ini. Muncul wacana bahwa besok selepas subuh bangsa Indonesia akan mati. 

Maka mereka, KAMI, berkoar-koar atas nama keselamatan membela Indonesia. Katanya, Indonesia sedang gawat darurat. Harus diinfus, diberi vitamin bahkan diberi suntikan-suntikan yang berguna bagi semua masyarakat tanpa terkecuali. 

Menyelamatkan Indonesia itu baik. Lantas menyelamatkan dari serangan siapa atau penyakit apa? Apakah membantu penanggulangan virus korona? Atau, hanya gerakan ugal-ugalan semata? 

Memang benar bangsa Indonesia bahkan dunia terimbas penularan virus korona. Kesehatan dunia mencatat hingga kemarin jumlah kematian sudah mencapai satu juta jiwa. Di India, jumlah masyarakat yang terinfeksi virus korona meledak di angka enam juta. 

Jelas bahwa kesehatan dunia sedang terganggung. Perlu kerja keras untuk menyelamatkannya. Presiden Indonesia bersama beberapa kepala negara lainnya juga memberi fokus lebih pada kondisi dunia dalam pidato di sidang PBB beberapa waktu lalu. 

Di balik kejamnya kematian akibat korona, ada luapan syukur dari mulut-mulut penghuni puing-puing yang hancur akibat bom di Timur Tengah. Korona "mendamaikan" konflik abadi beberapa negara.

Konflik sejak masa prasejarah nenek moyang hingga dunia era milenial sekarang. Benturan konflik karena kekuasaan yang terbungkus ambisi yang rapi seolah "didamaikan" oleh kekuasaan senyap yang menamai diri "Tentara Korona". 

Bagi saudara-saudara kita yang menjadi korban konflik dunia seperti negara-negara di Timur Tengah, kehadiran korona sangat membantu. Paling tidak mereka bisa tersenyum ketika tidak terdengar letusan senjata dan ledakan bom beberapa bulan ini. Ada juga serangan yang terjadi di beberapa negara namun intensitasnya menurun. 

Gerakan KAMI tidak bersolider dengan dunia. Ketika pemerintah, tim kesehatan dan TNI-POLRI menyerukan untuk tidak mengadakan pertemuan dengan kerumunan massa yang besar, mereka malah berbuat sebaliknya. 

Jika demikian akan muncul klaster-klaster baru covid-19 di tanah air. Jika korban korona meninggi akibat dari klaster ini, apakah masih layak disebut "Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia"? 

Merunut ke soal gerakan KAMI. Apa yang sedang kalian perjuangkan? Indonesia negara demokrasi berideologi Pancasila tetap adem-adem saja. Lucu sekali. Ya, sangat lucu. 

Beberapa orang menyuarakan agar gerakan ini dilakukan di seluruh Indonesia. Ini gerakan moral. Jadi, masyarakat harus diselamatkan. Jika tidak, Indonesia akan hancur. Ingin tertawa tapi takut ada yang tersinggung. 

Memang benar ada beberapa kelompok yang sakit hati selepas Pesta Demokrasi 2019. Namun, kita patut bangga dan harus terbuka mengakui bahwa demokrasi kita sudah sangat dewasa di era sekarang ini. 

Kita perlu meninggalkan lagu lama Orde Baru. Berani maju dalam persaingan politik harus siap menitikan air mata. Ingat, amarah jangan ikut-ikutan muncrat. Tahan emosi jangan sampai tak terkontrol. Republik masih trauma melihat gelombang kematian massa besar-besaran di era korona ini. 

Saya bahagia melihat pemandangan segar ketika lawan politik berkoalisi di akhir pesta. Ketegangan mulai lentur serta luntur. Ingin rasanya bersatu dengan KAMI menjadi "Indonesia Merangkul". Mengapa merangkul? Ya, karena ada yang merasa tersingkir dan tak dihargai. Banyak yang dipecat. Anak tiri. Tersingkir. Terbuang. Terjerumus. 

Bisakah kita menjernihkan pola pikir zaman batu yang selalu melekat di kepala kita soal dendam-mendendam? Jadilah "Indonesia Gentle" yang tidak baperan ketika kalah dalam pertarungan politik. Atau, ketika dipecat karena kerja tak tuntas. 

Meminjam harapan dan mimpi saudara-saudara kita di Timur Tengah, kita ingin besok, Indonesia, di detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun yang berbeda, bisa tersenyum melihat "Indonesia Gentle" bersatu dalam "Indonesia Merangkul." Melawan siapa? G30S/PKI dalam senyap. 

PKI? Gawat? Muncul lagi? Indonesia harus diselamatkan? Kalau begitu Gerakan KAMI jangan dibubarkan, ya? Diam sebentar. G30S/PKI itu, "Gerakan 30 Sekon Penularan Korona Indonesia." Lawan G30S/PKI dalam senyap ini dengan menaati protokol kesehatan. Paham!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun