Cintaku ada di bilik malam sedang berdoa pada Dia. Airmata menetes untuk sebuah cinta yang sempurna. Katupan tangannya selalu menyatu menitip doa akan sebuah kebersamaan. Hatinya menunduk mohon petunjuk dalam asa dan harapan.
Dalam gelisah aku merindu. Merindu tentang dia. Merindu tentang doanya yang menempatkan aku pada cinta yang abadi. Mungkinkah Tuhan menjawab doamu tentang sebuah rindu yang masih sebatas rindu. Biarlah dia berkelana mengikuti angin malam.
Engkau dan kerinduanku tak'kan pernah hilang. Kepenuhan diriku keluar dari ketulusanmu mencintaiku. Tak ada harmoni alam yang mampu memperindah hatiku padamu. Semuanya terpenuhi dalam rasa yang selalu merindu setiap saat. Itu semua karena engkau sang mimpi dan rinduku.
Sekian banyak tanda yanya mennyelubungi hatiku. Ke arah mana aku akan melemparkan rindu. Aku ingin berteriak dalam diam. Berbicara penuh gagap. Melihat dalam kekosongan.
Aku semakin paham tentang sebuah rindu. Aku sadar rindu itu cinta yang diungkapkan dalam tangisan tak berairmata. Rindu mengertilah pada hati. Jangan lagi mengekang ruang rasa ini. Biarlah secuil senyum indah menghiasi bibir ini.
Aku terlempar menjadi manusia rindu yang tak tahu siapa aku sesungguhnya. Rindu membuatku buta seribu cara. Aku lupa bagaimana harus memulai hidup jika tanpa hadirmu. Jalan manakah yang akan kutempuh, jika tak ada arah yang tepat. Aku hanya berharap pada rindumu.
Engkau dan kerinduanku dengarlah kata rinduku.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H