Telah sekian lama kita berjalan. Semua diri tercurah bagimu. Aku tidak lagi menjadi diriku sendiri. Separuh hati hanya untukmu.Â
Pernahkan engkau merindu tentang cinta dan bahagia. Terlalu jika tak begitu. Hati gelisah terbawa oleh langkah kakimu. Engkau sudah terlalu jauh menyentuh hidupku.
Tergambar jelas semua waktuku untukmu. Tak pernah aku berpaling dari rasa yang sama. Hidupku masuk dalam ruang hatimu. Menanti dalam tawa dan sedih.
Pernah ada saat aku ingin berhenti. Menutup telinga tuk mendengar semua pergulatanmu. Tapi bayangmu memaksa masuk dalam pikiranku. Mengapa semuanya harus seperti ini?
Apakah ini yang dinamakan kenyamanan? Ada rasa yang tak mau berpaling dari cintamu. Aku takut jika kenyamanan ini tak mampu memalingkan hatiku padamu.
Jika engkau milikku selamanya aku tak perlu takut. Jika engkau tak bisa menemani hati ini, akan ada hati yang luka. Semuanya karena aku tak sanggup berjalan dalam kesendirian yang kelam.
Aku hanya ingin kepastian. Jika memang belum pasti biarlah dalam dan bersama waktu aku bisa melupakanmu. Semuanya karena ketidakpastianku memilikimu.
Aku tak ingin ada luka di ujung penantian. Semua karena rasa ini tak bisa merelakanmu berpaling. Rasa sakit ini 'kan mengoyak setiap langkah hidupku. Biarlah semua karena cita yang berkata tentang semua itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H