Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rasa dalam Gelisahmu

21 Mei 2019   11:32 Diperbarui: 21 Mei 2019   11:40 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entahlah, aku tak peduli apa kata orang tentang rasa. Jika rasa itu ada mengapa harus menyangkalnya. Mengenalmu membuatku mengerti arti sebuah pilihan. Perjuanganmu bukan melawan aku atau dia tetapi dirimu sendiri. Engkau tengah berjuang sendiri. Masuk dalam lingkaran rasa yang tak tahu ke mana arah yang pasti. 

Aku tahu setiap malam airmatamu selalu menghiasi pelupuk di jentik cantik matamu. Hatimu merindu akan sebuah kepastian. Ada seteguk kisah yang tengah berlayar di pikiranmu. Mengenal semua suara yang selalu membuatmu tertawa. Membayangkan sebuah momen yang tak bisa terurai dengan bahasa manapun.

Aku tak bisa melangkah lebih jauh. Kakiku hanya menunggu di luar rasa yang kini menyiksamu. Terkadang aku ingin masuk dan berada di sampingmu. Tapi, siapakah aku bagimu. Aku bukan siapa-siapa di lingkaran rasamu. Inilah yang membuatku berhenti sebelum masuk lebih jauh. 

Tahukah engkau aku kini tersiksa oleh rasamu. Kegelisahanmu telah mengambil semua kekuatan yang ada dalam diri. Terlalu ego jika aku harus jujur. Terlalu naif jika semuanya harus diam. Engkau membawa aku terjebak di dua rasa yang sama. Aku takut semua kisahmu menjadi kisah kita. Entahlah sampai kapan.

Di bawah pohon kerinduan ini aku lantunkan kata hati yang tak pernah berakhir. Langkah kakiku berat tuk beranjak dari rasa yang mulai tumbuh. Aku tak bisa jujur dan sebaliknya tak bisa menyangkal. 

Jika mentari berkenan membantu akan kugantung kerinduan padanya. Biarlah dia mengitari dunia. Pergi menapaki luasnya semesta. Semuanya menjadi berat. Engkau telah mengundangku masuk lebih jauh dalam kegelisahanmu. Mengitari lorong-lorong gelap di hatimu. 

Awalnya aku tahu siapa kamu dan siapa aku. Setelah mengetahui semuanya berat bagiku tuk kembali dari bilik hatimu. Aku tak tegah membiarkan hatimu segelap itu. Obor ini kan ada tuk menerangimu dalam gelisah. 

Jika engkau mau biarlah terangku menjadi gelapmu. Cahayaku mungkin tak seterang mentari. Tapi mengapa engkau berdiam dalam remang-remang di kesunyian hati ini. 

Entahlah, aku hanya ingin mendengar kisahmu. Di depanmu aku berusaha untuk terlihat tegar. Apakah engkau tahu aku telah masuk ke dalam hatimu. Satu pintaku jika engkau tahu rasa ini bersabarlah. Biarlah hati yang berbicara. Karena hati tak pernah membohongi rasa. Cinta yang datangnya dari hati akan kembali ke hati. Hati kan mengembalikan cinta.

#teruntukmu: WETA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun