Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Surat untuk Malam

4 Februari 2019   20:52 Diperbarui: 4 Februari 2019   21:56 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta adalah cara terbaik menempatkan diri di sudut terindah dari alam semesta. Di sana alam mampu membuka dirinya untuk menerima setiap untaian rindu. Jika alam tahu betapa dalamnya cinta ini mungkin dia tersenyum melihat jejak kakiku yang selalu mengejarnya. Alam mungkin menikmati cintaku sekadar dalam tatapan. Tapi aku jungkir balik dan jatuh bangun mengejarnya.

Aku protes kepada alam. Mengapa dia memberi ruang pada malam. Aku menanti dengan seribu kesepian ketika malam tiba. Doa kudaraskan pada Tuhan. Berharap malam lama tiba dan cepat berlalu. Malam selalu gelap mengikis rinai rindu terdalam di mata hati ini. Aku kuat karena cintaku buta di malam hari. Angin malam tak pernah mampu menyingkapkan semua cinta yang mekar di malam.

Burung layang-layang terbang mengitari setiap ruang di hati ini. Berharap dia mendengar deru gelora hatiku. Bersama jengkrik kuratapi malam sunyi. Berharap ada sinar menerangi gelap. Namun, hingga detik ini tak ada tanda-tanda nyata darinya. Aku mengarungi malam ini dengan hati yang merindu. Meski kutahu rindu itu berat. Rindu lebih luas dari daun kelor. Rindu luas sejauh rasa pengertian cinta ini memenjarakan ego tuk jauh dari cinta.  

Malam mendengar kata hatiku. Dia meratapinya. Aku tahu saat hujan membasahi bumi. Tangisan bumi menyejukkan hatiku. Dia membagi rasa dalam rindu yang sama. Seketika itu juga aku basah dalam rasa kangen yang menenggelamkan. Bisikan awan hilang memberi ruang rindu untuk bertahan. Tampak sinar bintang dan bulan memerintah dekor hatiku. Bunyik kodok malam memberi instrumen penghangat hati. Malam kutitipkan surat ini berharap kau mengerti isi hatiku.

***

Salam, PEACE WAELENGGA

Yogyakarta, 04 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun