Mohon tunggu...
atas langit
atas langit Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Amatir

di atas langit ada siapa?

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Di Balik Ancaman Artificial Intellegence (AI) bagi Para Pekerja

29 April 2023   21:22 Diperbarui: 29 April 2023   21:27 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum fokus pada pembahasan tentang ancaman Artificial Intellegence (AI) atau Kecerdasan Buatan yang tentunya masih menjadi asumsi penulis dalam pembahasan saat ini, apakah kamu semua sudah melihat dengan jelas dan nyata bagaimana canggihnya produk AI ini muncul?

Dalam pengertiannya The International Business Machines Corporation atau IBM telah memuat sejumlah penjelasan perihal pengertian AI ini. Tertulis dalam laman resminya, menurut John McCarthy, "It is the science and engineering of making intelligent machines, especially intelligent computer programs. It is related to the similar task of using computers to understand human intelligence, but AI does not have to confine itself to methods that are biologically observable."

Penulis menyimpulkan dari pengertian tersebut, yakni AI merupakan gabungan antara sains dan teknologi yang membuat mesin cerdas yang terprogram. Kemampuan teknologi tersebut bekerja dengan memahami bagaimana adanya kecerdasan manusia yang dapat diterapkan.

Meski begitu, isu tentang AI atau Kecerdasan Buatan ini sudah ada sejak beberapa tahun ke belakang (History of Artificial Intellegence), yang pada akhirnya mengalami pengembangan hingga sebagaimana yang kita lihat pada saat ini berbagai macam kecanggihan AI yang nyata.

Lalu bagaimana produk AI ini bisa menjadi sebuah ancaman? Bukankah benar adanya menjadi sebuah alat untuk membantu dalam memecahkan masalah?

Pekerjaan yang Tergantikan AI

Baru-baru ini salah satu stasiun Televisi di Indonesia telah memperlihatkan sebuah siaran berita yang dibawakan oleh presenter dalam bentuk Visual AI.

Bagaimana bisa AI menjadi ancaman bagi para pekerja, nampaknya akan menjadi pembahasan yang sangat kompleks dengan berbagai singgungan yang terkait pada sebuah jabatan yang ada di model perusahaan saat ini. Sebagaimana isu revolusi industri yang terus berangsur dicanangkan, AI turut tersisipkan pada proses aktivitas industri maupun secara sistem perusahaan yang eksis saat ini.

Ada beberapa hal yang memicu AI bisa menjadi ancaman bagi para pekerja. Hal tersebut tidak terlepas dari peranan dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kompetensi sebuah jabatan yang disyaratkan oleh perusahaan, pun alih-alih efisiensi nampaknya tidak lepas dari itu semua.

  • Pengolahan dari kumpulan data-data

Realita yang sulit dihindarkan di masa kini, salah satunya adalah kumpulan data-data yang dapat dengan mudah diorganisir untuk dapat diolah pada tahap tingkat lanjut. Keberadaan AI tidak terlepas dari kecangihan pengembangan teknologi yang dipadu dengan kumpulan data-data yang ada. Semakin mudahnya akses data khalayak saat ini, semakin mudah juga AI untuk terus berkembang dengan berbagai produk yang dapat meniru, menggantikan, bahkan memunculkan sosok ideal secara subjektif untuk memerankan sebuah pekerjaan.

  • Penurunan Kompetensi Teknis SDM

Giat pemerintah yang dominan fokus pada peningkatan kompetensi SDM secara teknis dalam bentuk pembekalan keahlian spesifik nampaknya perlu terus dilakukan evaluasi secara bertahap dan cepat. Adapatasi kemampuan SDM yang relevan terhadap pekerjaan harus dipastikan dapat menjawab persoalan yang ada. Kekhawatiran akan idiom Deadwood jika nyata dapat terpapar terhadap para pekerja di Indonesia nampaknya akan menjadi persoalan baru yang dengan mudah akan terjawab dengan adanya produk AI. Akankah perusahaan dapat terus mempertahankan karyawannya jika kompetensi yang dimiliki sudah tuntas terjawab oleh produk AI?

*Disclaimer: tulisan ini merupakan analisa penulis yang secara ringan dituangkan dengan dukungan data secara permukaan dan belum mendalam. Beberapa kalimat definitif tanpa referensi merupakan asumsi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun