Empati merupakan sikap dasar yang dimiliki hampir setiap manusia. Manusia hidup bersama dalam konteks sosial menyebabkan rasa empati berkembang guna menjaga dan membangun hubungan dengan orang lain. Empati dapat diartikan sebagai perasaan dari pengalaman emosional dan naluriah dari orang lain. Jadi empati berupa kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, melihat suatu fenomena dari sudut pandang orang lain, dan menempatkan diri pada posisi orang lain. Empati ini memiliki dua komponen yaitu kognitif dan afektif. Komponen kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui pengalaman batin orang lain dan penyebab perasaan tersebut. Afektif dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi dan menunjukan belas kasih atas orang lain.
Empati ini perlu untuk dikembangkan karena memiliki manfaat diantaranya membangun hubungan sosial, mengatur emosi diri, serta melatih perilaku tolong menolong. Maka dari itu, sebagai manusia yang hidup dalam konteks sosial mengembangkan sikap empati merupakan tindakan yang diperlukan karena dapat berdampak positif bagi diri sendiri maupun lingkungan. Empati dapat dikembangkan dengan cara-cara seperti memahami orang lain, setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda, memperhatikan aspek komunikasi verbal dan nonverbal, dan menjadi pendengar yang baik.
Empati merupakan sikap yang penting untuk dikembangkan namun tidak selalu kepada semua orang kita harus berempati karena dapat menguras sumber daya energi. Empati ini dapat menguras energi karena melibatkan emosional seseorang maka diperlukan batasan dalam melakukan empati. Oleh karena itu diperlukan batasan bagi seseorang untuk menggunakan energinya dalam memperdulikan orang lain dan penggunaan energi emosionalnya. Dengan hal tersebut individu mampu mencegah kelelahan emosional dan kejenuhan.
Beberapa individu tanpa sadar maupun sadar melakukan perilaku empati yang berlebihan. Empati berlebihan atau dapat dikatakan sebagai emotional sponge diartikan ketika sesorang tidak dapat mengfilter perasaan orang lain dan merasakan tekanan atau stress orang lain pada dirinya. Perasaan empati ini tentunya memiliki perasaan yang lebih mendalam dan dapat berdampak pada emosi individu tersebut. Fenomena emotional sponge ini tak jarang ditemukan pada orang individu yang tidak dapat membentuk batasan untuk berempati sehingga individu cenderung berempati secara mendalam kepada banyak orang meskipun tidak mengenalnya. Emotional sponge dapat terjadi pula pada individu yang menjadi social support bagi orang terdekatnya karena individu tersebut mampu mendengarkan dan menempatkan diri serta membantu orang lain dalam menghadapi permasalahanya.
Emotional sponge atau empati berlebihan atau dapat juga disebut sebagai individu dengan sensitivitas tinggi, merupakan individu yang mudah merasakan emosi yang ada di lingkunganya berupa emosi marah, frustasi, sedih dan lainya yang kemudian dapat dengan mudah menyerap emosi negative tersebut. Seseorangan dengan emotional sponge dapat dengan mudah menyerap emosi yang ada di lingkungannya.
Karakteristik Emotional SpongeÂ
- Sulit untuk Mengendalikan Emosinya, individu dengan emotional sponge akan mudah menyerap emosi orang lain namun sulit untuk mengendalikan emosinya sehingga membutuhkan usaha keras dalam mengendalikan emosinya.
- Memiliki Intuisi Bagus, seorang dengan emotional sponge memiliki intuisi yang bagus dengan mampu merasakan kejadian yang ada disekitarnya dengan cepat, sehingga individu dengan intuisi yang bagus akan memastikan bahwa situasi di lingkungnya baik-baik saja dan jika tidak dia akan berusaha untuk memperbaikinya
- Responsibiliti terhadap Orang Lain, hal ini berarti bahwa individu merasa memiliki keyakinan kuat untuk dapat membantu orang lain yang sedang dalam masalah sehingga akan merasa bersalah jika tidak dapat membantu orang tersebut.
- Kewalahan atas Emosi Orang Lain, seorang individu emotional sponge akan kesulitan merasakan emosi positif jika orang lain menderita karena individu tersebut menerima atau menyerap emosi negatif orang lain. Sehingga individu tersebut akan terus merasakan emosi negatif tersebut.
- Memprioritaskan Orang Lain, individu dengan emotional sponge akan lebih mementingkan orang lain diatas kepentingan dirinya bahkan mengabaikan kesejahteraan psikologisnya.
Dampak Emotional SpongeÂ
Berempati merupakan hal yang diperlukan untuk membangun hubungan sosial namun bukan berari harus menjadi pribadi emotional sponge karena akan memberikan lebih banyak dampak negative dalam diri individu itu sendiri. Emotional sponge dapat menyebabkan kecemasan dan depresi akibat emosi negatif yang diserap dari orang lain atau lingkungan. Dampak emotional sponge adalah depresi akibat kewalahan terhadap emosi yang diserap dari orang lain. Bahkan dapat berdampak gangguan mental terhadap individu seperti eating disorder, bipolar, ataupun depresi karena mengendalikan dan merasa bertanggungjawab atas masalah atau penderitaan orang lain.
Jika individu tersebut tidak dapat membantu dalam menyelesaikan masalah atau meredakan pendritaan orang lain maka individu tersebut akan merasa berdosa sehingga dapat berdampak pada terganggunya kesehatan mental akibat kecemasan. Â Selain itu, akan berdampak mudah dimanfaatkan atau dikelilingi oleh orang toxic, hal tersebut terjadi karena empati yang berlebih sehingga orang lain dapat dengan leluasa mengeksploitasi secara emosional. Â Namun individu dengan emotional sponge akan mudah disukai oleh orang lain karena mampu memberikan empati dan perhatian penuh atas penderitaan atau masalah orang lain. Â Berdasarkan hal tersebut maka emotional sponge memberikan lebih banyak dampak negative bagi individu daripada dampak positif. Justru individu dengan emotional sponge akan mudah terganggu kesehatan mentalnya karena memprioritaskan orang lain. Â
Upaya Menghindari Emotional SpongeÂ