Proses kerja dodo merupakan buah kesadaran akan pentingnya kehadiran orang lain dalam hidup bersama. Proses kerja dodo adalah proses kerja dalam kebersamaan dan selalu berhubungan dengan cara kerja petani. Karena itu, dodo selalu berhubungan dengan masyarakat agraris. Gotong royong atau dodo dalam masyarakat manggarai adalah proses kerja sama yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat  sebagai petani pada masyarakat agraris.
Dodo adalah tradisi bertani pada masyarakat manggarai yang sifatnya gotong royong. Tradisi bertani ini  mesti memiliki spirit dempul wuku tela tuni. Dempul (tumpul), wuku (kuku), tela (terbelah-belah), tuni (punggung).Â
Jadi, secara harafiah ungkapan dempul wuku tela tuni  berarti tumpul kuku, terbelah-belah punggung, atau kukumu menjadi tumpul, punggungmu terbelah/kulitmu pecah.  Tumpul kukunya karena kerja keras, terbelah-belah punggungnya karena panas terik matahari.
Dumpul wuku tela tuni adalah falsafah hidup bagi seorang petani dalam tradisi bertani. Dempul wuku tela tuni merupakan falsafah yang memberi motivasi kerja untuk seorang petani, sehingga ia rajin bekerja.Â
Bagi orang manggarai bekerja  mesti menggunakan tangan dan berjemur di bawah terik matahari. Dempul wuku tela tuni merupakan falsafah yang menjadi spirit dalam bekerja keras untuk mencapai hidup yang baik.
Istilah dempul wuku sering digunakan oleh masyarakat manggarai  untuk pekerja wanita. Dalam tradisi bertani di manggarai, wanita sering identik dengan kerja menyiang rumput di sawah dan ladang, menanam padi di sawah dan menanam serta memelihara sayur.Â
Sudah barang pasti bahwa dalam melakukan pekerjaan ini jemari tangan dan kuku jari akan bersentuhan langsung dengan tanah. Akibatnya adalah kuku akan kotor dan patah. Apabila kuku tangan seorang perempuan yang kerjanya bertani bersih dan panjang, berarti perempuan itu dianggap tidak bisa bekerja dan malas bekerja.
Istilah tela tuni digunakan masyarakat manggarai untuk memggambarkan kerja keras dan rajin bekerja bagi seorang petani lelaki. Tradisi bertani di manggarai membagikan kerja yang sifatnya kasar dan membutuhkan banyak tenaga dan energi mesti dilakukan oleh laki-laki. Â
Lelaki yang mengerjakan kebun, baik sejak membuka hutan, menanam maupun saat memetik hasilnya dan memikul hasil kerja ke rumah. Pelaksanaan membuka hutan untuk dijadikan kebun biasanya dilakukan pada bulan-bulan panas sehingga punggung seperti terbakar, kehitam-hitaman dan terbelah-belah. Telapak tangan biasanya terbelah-belah dan kasar.Â
Kerja yang sifatnya kasar seperti membajak sawah, mengangkat dan mengangkut dilakukan laki-laki. Bahkan kerja menjadi pengrajin dan penyadap nira dan tuak dilakukan laki-laki.
Dempul wuku tela tuni merupakan falsafah hidup yang memberikan gambaran betapa pentingnya bekerja untuk bisa hidup. Ajaran sosial gereja lebih memusatkan perhatiannya tentang makna kerja manusia. Kerja merupakan tindakan khas manusia.Â