Rasa penasaranku selesai dan hatiku lega. Bayangan wajah cantik Icha terlintas di benak. Kenangan pengalaman pelukan saat pertemuan tak terduga itu, terbayang. Ahh Icha. Wajah cantikmu penyulut kobaran api rindu yang tak akan usai. Rasa cinta ini memang masih tersimpan untukmu Icha. Aku guman sendiri, kemudian senyum sendiri kayak orang kurang waras.
Buku gambar itu aku buka. Hanya Ada kertas putih. Tidak ada tulisan ucapan selamat valentine day. Ku pegang dua buah pensil yang telah diruncing itu. Aku terdiam. Untuk apa aku mendapatkan hadiah seperti ini. Hadiah ini cocoknya untuk anak sekolah mungkin, sedangkan aku seorang tukang ojek. Hadiah ini nihil manfaat untukku. Adalah bermanfaat jika aku diberi hadiah helm misalnya, atau jeket. Pokoknya lebih bermanfaat bila seorang tukang ojek dihadiahi barang-barang untuk keperluan ojek.
Hari menjelang petang. Aku kembali ke bengkel berharap ada penumpang ojek. Di bengkel masih sepi dan pemilik bengkel sibuk dengan mencuci motornya sendiri. Aku duduk di bangku yang pernah Icha duduk. Kenangan pertemuan pertama dengannya terlintas di benak. Aku duduk sambil merokok. Pikiranku berpusat pada jenis hadiah valentine yang aku terima. Adakah maksud di balik hadiah itu? Bagaimana aku menggunakan dan memanfaatkan hadiah itu? Berlaksa-laksa pertanyaan terkait hadiah itu silih berganti di kepalaku. Pikirankupun penat.
"Minum kopi Kak" istri pemilik bengkel menghidangkan kopi. Aku minum kopi sambil merokok. Asap rokok kuhembuskan menuju cakarawala. Asap rokok itu mengepul beterbangan bersama angin petang hari itu. Saat tegukan terakhir aku telan, aku teringat sebuah tulisan yang ditempelkan pada spakbor motor temanku yaitu sebatang rokok dan secangkir kopi, inspirasi.
Hari itu tak satupun penumpang ojek. Hari  sudah petang dan aku kembali ke rumah. Kuambil kiriman tadi. Buku gambar aku posisikan di depanku. Aku ambil pensil terang hitam. Kumulai memggambar. Aku menggambar hati manusia. Gambar itu aku jiplak dari sehelai koran pembungkus sepatu yang kudapatkan dari kardus sepatu. Gambar itu agak besar seukuran kertas A4.  Selesai menciplak bagian luarnya, gambar itu aku warnai dengan pensil terang merah sesuai gambar yang aku lihat di kertas koran. Selesai mewarnai, aku menggambar anak panah menempel pada gambar hati itu. Hasilnya seperti gambar hati yang dilukai. Agak sempurna.
Gambar hati yang dilukai itu aku simpan di atas meja tepat di depanku. Kupandangi gambar itu, sambil berguman aku mencintaimu Icha. Aku tambahkan namaku  dan nama Icha pada gambar hati itu. Kemudian aku ambil handphone dan memfoto gambar hati itu.  Setelahnya aku mengirimkan gambar itu ke Icha melalui pesan whatsapp. Lalu aku mengirimkan pesan whatsapp berikutnya pada Icha. "Cha terimalah hadiah valentine ini. Ini adalah hadiah terindah untukmu".
"Aku mencintaimu juga" balas Icha dibarengi dengan emot love. Â Hari mengendap dalam petang. Malam sebentar lagi hadir menemani kayalan manisku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H