Oleh Sirilus Gonsi
Apakah masih ada buta huruf di Indonesia? Inilah Salah Satu  pertanyaan yang selalu mengusik hati para pegiat literasi.  Jawabannya adalah ada. Realitas buta huruf ini masih ada di Indonesia. Mengutip data dari  https://data Indonesia.id bahwa sekitar empat dari seratus penduduk dewasa di Indonesia mengalami buta huruf pada 2021.  Ini terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Yang menunjukkan bahwa 3,96% penduduk berusia 15 tahun ke atas di Indonesia masih buta huruf. Fakta  buta huruf ini mengusik hati untuk mencari solusi dalam penyelesaiannya. Gerakan literasi rumah adalah opsi alternatif  terkait masalah buta huruf ini.
Istilah literasi berasal dari bahasa latin literatus yang berarti orang yang belajar. Literasi dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Â
National Institute for Literacy mengartikan literasi sebagai  kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Pengertian-pengertian ini merujuk pada suatu kesepakatan bahwa literasi merupakan sebuah kemampuan dasar untuk bisa mendapatkan kemampuan lain.
Literasi rumah adalah sebuah gerakan literasi yang dimulai dari rumah. Gerakan literasi rumah bertujuan untuk memberi pemahaman dan kegiatan literasi kepada anak-anak. Gerakan ini mengoptimalkan peran orang tua ataupun pihak lain dalam perwujudan literasi di lingkungan rumah. Karena itu orang tua mesti  memahami kegiatan yang dapat mereka lakukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan  minat anak terhadap kegiatan literasi melalui upaya menciptakan rumah kaya literasi, kegiatan membaca, berbicara dan menulis yang menyenangkan, dan menjalin kemitraan dengan sekolah.Â
Semua upaya ini perlu terjalin secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh anggota keluarga. Anak-anak yang disertakan dalam kegiatan literasi rumah adalah anak-anak usia pra sekolah sampai kepada anak-anak usia sekolah menengah. Literasi rumah mengandaikan konsep bahwa rumah merupakan sekolah pertama yang di dapatkan anak, sebab di rumah proses pembelajaran literasi paling awal yang diterima seorang anak.
Agen-agen gerakan literasi rumah, Pertama adalah orang tua. Orang tua adalah pengajar literasi pertama yang didapatkan anak-anak. Orang tua biasanya mengenalkan kata-kata, bunyi-bunyian kepada bayi yang hadir di rumah. Kedua, anggota keluarga secara keseluruhan. Keluarga biasanya terdiri dari orang tua dan anak-anak, yaitu kakak beradik.Â
Peran anggota keluarga ini  terkait kerja sama dalam membangun literasi dalam rumah. Misalnya, kakak mengajarkan membaca untuk adik. Ketiga adalah  guru privat. Peran guru private ini mengindikasikan adanya les berdasarkan persetujuan orang tua bersama guru privat.
Gerakan literasi rumah merupakan sebuah gerakan yang urgen untuk dilakukan dan dikembangkan, sebab pembelajaran mengenai pengenalan baca tulis sejak dini penting dilakukan sebagai solusi dan upaya untuk menghilangkan fenomena buta huruf di zaman modern ini. Saat gerakan literasi rumah itu digalakkan, literasi apa saja yang menjadi bagian dari gerakan dan kegiatan literasi rumah?
A. Literasi bercerita
Dalam mengembangkan literasi rumah hal pertama yang dilakukan oleh orang tua adalah bercerita. Anak usia  kurang lebih satu setengah tahun sampai tiga tahun sudah memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya misalnya berbicara dan bercakap-cakap.Â