Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hobi membaca dan sesekali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Analisis Puisi "Aku" Karya Chairil Anwar

20 Februari 2024   08:00 Diperbarui: 20 Februari 2024   08:17 3941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Puisi "Aku" karya Chairil Anwar merupakan salah satu puisi paling terkenal dan ikonik dalam sejarah sastra Indonesia. Puisi ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1943 dalam majalah "Poedjangga Baroe" dan telah diinterpretasi dan dianalisis oleh banyak kritikus sastra.

Tema dan Makna

Tema utama puisi "Aku" adalah individualisme dan kemerdekaan. Puisi ini mengungkapkan keyakinan penyair bahwa setiap individu memiliki hak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan kehendaknya sendiri. Penyair menolak untuk tunduk pada norma dan nilai sosial yang dipaksakan kepada dirinya.

Unsur-unsur Intrinsik

1. Diksi: Puisi "Aku" menggunakan diksi yang sederhana dan lugas. Penyair menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca.

2. Imaji: Puisi ini menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan perasaan dan keyakinan penyair. Imaji yang digunakan dalam puisi ini antara lain:

"Aku ini binatang jalang"

"Dari kumpulannya terbuang"

"Biar peluru menembus kulitku"

"Aku tetap meradang menerjang"

3. Majas: Puisi ini menggunakan beberapa majas, seperti:

Hiperbola: "Biar peluru menembus kulitku"

Metafora: "Aku ini binatang jalang"

Personifikasi: "Biar peluru menembus kulitku"

Interpretasi dan Kesimpulan

Puisi "Aku" karya Chairil Anwar merupakan puisi yang kuat dan penuh semangat. Puisi ini mengungkapkan keyakinan penyair bahwa setiap individu memiliki hak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan kehendaknya sendiri. Penyair menolak untuk tunduk pada norma dan nilai sosial yang dipaksakan kepada dirinya. Puisi ini menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan dan pembatasan kebebasan. Puisi ini juga menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk berani hidup dan menjadi diri sendiri. Berikut ini adalah keseluruhan puisi berjudul Aku karya Chairil Anwar.

Aku

Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari, hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Chairil Anwar

1943

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun