Ijinkan Aku Merokok, Pak!
(Atanshoo)
Pak, pernahkah Bapak lihat langit mendung yang tak kunjung hujan? Pernahkah Bapak rasakan udara sesak yang tak bisa dihela lega? Begitulah hidupku akhir-akhir ini. Berat, menyesakkan, penuh kabut asap yang tak henti menguap.
Rokok, Pak. Ini pelampiasanku. Bukan karena aku sok jagoan, tapi karena hidup rasanya terlalu pahit untuk ditelan mentah-mentah. Pernahkah Bapak dicampakkan kekasih yang kau perjuangkan bertahun-tahun? Pernahkah kau ditikam dari belakang oleh yang kau sebut sahabat? Pernahkah kau lihat air mata ibumu jatuh karena beban hidup yang tak kuasa ia tanggung?
Aku, Pak, merasakan semuanya itu. Setiap hembusan asap ini seperti membawa pergi kepingan demi kepingan luka di hatiku. Keputusasaan yang menggerogoti, beban sebagai lelaki muda yang diharapkan jadi tulang punggung keluarga, semuanya terasa sedikit lebih ringan saat asap ini memenuhi paru-paruku.
Aku tahu ini tak sehat, Pak. Aku tahu ini bukan jalan keluar. Tapi, saat ini, saat dunia terasa gelap dan dingin, hanya ini yang aku punya. Ini pelarian terkutuk yang membuatku bisa sesaat memejamkan mata, pura-pura tak merasakan perihnya kenyataan.
Jangan salah paham, Pak. Aku tak ingin selamanya seperti ini. Aku ingin sembuh. Aku ingin bisa menghadapi hidup dengan dada tegap, seperti laki-laki sejati. Tapi, tolong, Pak, mengertilah. Biarkan aku sedikit berproses. Biarkan aku, untuk saat ini, berdamai dengan kepedihan dan beban hidupku, dengan cara yang aku tahu.
Mungkin suatu saat nanti, saat mentari kembali bersinar di hidupku, dan aku telah menemukan kekuatan untuk berdiri tegak, aku akan bisa melepaskan rokok ini. Aku akan bisa menghirup udara segar tanpa harus diracuni asapnya. Tapi untuk sekarang, Pak, ijinkan aku merokok. Tolong, ijinkan aku bertahan dengan caraku sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H