Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Perkantoran. Memiliki hobby menulis, untuk menyalurkan kegelisahan terkhusus pada kategori Humaniora dan Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menua Bersama Kotak Suara

15 Februari 2024   09:43 Diperbarui: 15 Februari 2024   13:57 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Seorang politikus berdiri di panggung, di hadapan kotak suara yang telah menyaksikan perjalanannya selama puluhan tahun. Ia memandanginya dengan penuh pengharapan dan nostalgia.)

Kotak suara pun berbicara.

Aku adalah kotak suara setia, saksi bisu dari empat pemilu yang telah kita lalui bersama. Pada tahun 2009, aku pertama kali menyambutmu dengan harapan yang membuncah. 

Engkau, yang pada saat itu masih seorang pemula sebagai wakil dari wanita yang luar biasa, berdiri tegar di hadapanku, siap untuk melangkah untuk membantu membangun bangsa dan negara.

2014, kau kembali menghadapiku. Tak lagi seorang yang asing, namun sebagai pejuang yang semakin matang. Bersama partaimu dan visi misimu yang terus bertahan, kau menghadap tantangan dengan gagah berani. Meski hasilnya tak sesuai harapan, namun semangatmu selalu abadi.

2019, ketiga kalinya kau menghampiriku. Suara-suara yang mengiringimu terdengar semakin kuat, semakin jelas. 

Kau telah menjelma menjadi sosok yang disegani, yang diharapkan oleh banyak orang untuk memimpin bangsa ini menuju arah yang lebih baik. Namun Tuhan berkehendak lain, tapi setidaknya kau bukan oposisi, dan masuk kedalam untuk membangun negeri.

Dan kini, pada tahun 2024, engkau datang kembali dengan wakil pemuda negeri. Kali ini bukan sebagai seorang kandidat, melainkan sebagai seorang pemenang. Suaramu telah terdengar di seluruh penjuru negeri, dan rakyat mempercayakan masa depan mereka padamu.

Selama empat pemilu, aku menyaksikan perjuanganmu. Aku melihatmu bekerja keras, mengorbankan waktu, tenaga, dan bahkan kesehatanmu demi bangsa dan negara. Kau adalah contoh nyata dari pengabdian yang tulus, dan pengorbanan tiada henti.

"Kau telah menua bersamaku", kata kotak suara. 

Bersama-sama kita telah melewati berbagai liku-liku politik negeri ini, menghadapi berbagai macam tantangan dan ambisi elit. Namun, satu hal yang harus tetap sama: semangatmu yang membara untuk memperjuangkan kebaikan bagi bangsa dan negara.

Dengan bangga aku mengumumkan, bahwa pada tahun ini, engkau, yang telah mengikuti empat kali pemilu presiden dan wakil presiden, akhirnya terpilih menjadi presiden. 

Selamat untukmu, selamat untuk negeri ini. Mari kita bersama-sama, melangkah ke masa depan yang lebih cerah, yang kita bangun bersama dengan cinta dan kesetiaan antara Penguasa dengan rakyanya.

Kisah seorang politikus tua di sebuah negeri bernama Cakrawala Mandala Dwipantara.

Tamat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun