Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Perkantoran. Memiliki hobby menulis, untuk menyalurkan kegelisahan terkhusus pada kategori Humaniora dan Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Detik-detik Kehilangan: Monolog Cinta dalam Kegelapan

5 Februari 2024   22:01 Diperbarui: 5 Februari 2024   22:26 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monolog Cinta dalam Kegelapan - Jorge Salvador on Unsplash

Detik-detik Kehilangan: Monolog dalam Kegelapan

(Atanshoo)

(Terlihat sosok berdiri sendirian di panggung yang remang-remang, hanya sorot lampu yang menerangi wajahnya, menghadirkan aura melankolis.)

Sosok itu mulai berbicara, suaranya rendah namun penuh emosi.

"Kehilangan... Sebuah kata yang begitu ringkas namun mengandung berjuta makna dan emosi yang terpendam. Detik itu, saat kau menyadari sesuatu yang berharga telah pergi, meninggalkan kehampaan di ruang hati yang paling dalam.

Pernahkah kau merasakan detik itu? Detik ketika dunia seolah berhenti berputar, dan kau terjebak dalam kegelapan yang pekat? Aku telah. Dan di detik-detik itu, aku menemukan diriku tenggelam dalam lautan kesedihan dan penyesalan.

Kehilangan bukan hanya tentang meninggalnya seseorang yang kita cintai. Kehilangan bisa berarti kehilangan mimpi, kehilangan harapan, atau kehilangan bagian dari diri kita sendiri yang takkan pernah bisa kembali.

Di dalam kegelapan itu, aku belajar. Belajar memahami arti sesungguhnya dari kehilangan. Bukan tentang apa yang telah pergi, melainkan tentang apa yang tersisa dan bagaimana kita menemukan cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti.

Detik-detik kehilangan mengajarkanku untuk lebih menghargai detik-detik keberadaan. Karena dalam setiap kehilangan, ada pelajaran hidup yang berharga. Ada kekuatan yang muncul dari kelemahan. Ada harapan yang tumbuh dari kesedihan.

Dan mungkin... hanya mungkin, kegelapan itu adalah cara alam semesta mengajarkanku untuk melihat cahaya, meski hanya secercah. Untuk menghargai kehadiran, sebelum akhirnya menjadi kenangan.

Jadi, saat kau merasa terjebak dalam detik-detik kehilangan, ingatlah bahwa setelah kegelapan, selalu ada cahaya. Mungkin tidak segera, mungkin tidak mudah, tapi cahaya itu ada, menunggu untuk ditemukan.

Dan di sinilah aku, berdiri dalam kegelapan, berbicara kepada diriku sendiri dan kepada kalian. Mencari cahaya, mencari makna, di dalam detik-detik kehilangan."

(Sosok itu mengambil napas dalam, menatap ke kegelapan seakan mencari jawaban, sebelum perlahan berjalan meninggalkan panggung, meninggalkan sorot lampu yang perlahan meredup hingga seluruh panggung tenggelam dalam kegelapan.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun