Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Perkantoran. Memiliki hobby menulis, untuk menyalurkan kegelisahan terkhusus pada kategori Humaniora dan Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Cinta yang Membunuh

24 Januari 2024   08:00 Diperbarui: 24 Januari 2024   08:01 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik tirai malam yang teduh,  
Seorang perempuan, terbungkus kata-kata manis serupa madu.  
Dia berjalan, di koridor janji-janji yang rapuh,  
Di mana cinta dan dusta, bercampur menjadi satu.

Dia percaya, pada bisikan hangat di telinga,  
Kata-kata yang menari, penuh janji surga.  
Namun, di balik manis senyum sang pria,  
Tersembunyi luka, yang perlahan membuka cerita.

Bagaikan ombak, cintanya datang dan pergi,  
Menghempas pantai hatinya, yang semakin terbelenggu.  
Dalam diam, ia tersenyum, menyimpan rahasia sendiri,  
Tentang hati yang terkoyak, oleh cinta yang tak bertepi.

Kemudian, malam itu tiba, bintang saksi bisu,  
Ketika cinta berubah menjadi teror yang kelabu.  
Kata-kata manis berubah jadi belati,  
Menghunus dalam, ke dalam hati yang telah mati.

Di ruang tamu keluarga, drama terungkap,  
Intrik, situasi puitik, romantis terbalut darah.  
Dari cinta yang membunuh, muncul sosok misteri,  
Menebar teror, mengakhiri cerita yang sejati.

Dalam keheningan, hanya bisikan angin yang berbicara,  
Tentang perempuan yang terperangkap, dalam cinta semu.  
Di akhir cerita, cinta dan air mata tercampur duka,  
Apakah dia akan bebas dari genggamannya?
---

Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional seorang perempuan yang terjebak dalam cinta yang penuh tipu daya dan pengkhianatan, yang pada akhirnya berujung pada tragedi. Menggunakan bahasa yang sederhana namun sangat bermakna, puisi ini mencoba menangkap esensi dramatis dari kisah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun