Di balik tirai malam yang teduh, Â
Seorang perempuan, terbungkus kata-kata manis serupa madu. Â
Dia berjalan, di koridor janji-janji yang rapuh, Â
Di mana cinta dan dusta, bercampur menjadi satu.
Dia percaya, pada bisikan hangat di telinga, Â
Kata-kata yang menari, penuh janji surga. Â
Namun, di balik manis senyum sang pria, Â
Tersembunyi luka, yang perlahan membuka cerita.
Bagaikan ombak, cintanya datang dan pergi, Â
Menghempas pantai hatinya, yang semakin terbelenggu. Â
Dalam diam, ia tersenyum, menyimpan rahasia sendiri, Â
Tentang hati yang terkoyak, oleh cinta yang tak bertepi.
Kemudian, malam itu tiba, bintang saksi bisu, Â
Ketika cinta berubah menjadi teror yang kelabu. Â
Kata-kata manis berubah jadi belati, Â
Menghunus dalam, ke dalam hati yang telah mati.
Di ruang tamu keluarga, drama terungkap, Â
Intrik, situasi puitik, romantis terbalut darah. Â
Dari cinta yang membunuh, muncul sosok misteri, Â
Menebar teror, mengakhiri cerita yang sejati.
Dalam keheningan, hanya bisikan angin yang berbicara, Â
Tentang perempuan yang terperangkap, dalam cinta semu. Â
Di akhir cerita, cinta dan air mata tercampur duka, Â
Apakah dia akan bebas dari genggamannya?
---
Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional seorang perempuan yang terjebak dalam cinta yang penuh tipu daya dan pengkhianatan, yang pada akhirnya berujung pada tragedi. Menggunakan bahasa yang sederhana namun sangat bermakna, puisi ini mencoba menangkap esensi dramatis dari kisah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H