Puisi: "Pemberontakan Pena: Kisah Seorang Jurnalis"
(Atanshoo)
Di lorong-lorong kebenaran yang suram dan kelam, Â
Berjalan seorang jurnalis, dengan pena sebagai senjatanya. Â
Dia mencari, menggali, berjuang dengan kata, Â
Melawan kebohongan, menyibak tirai kegelapan dengan cerita.
Di tangan-tangannya, pena berdansa, Â
Menulis laporan yang terasa bagai luka. Â
Tapi luka yang perlu, untuk menyadarkan mata, Â
Tentang dunia yang tersembunyi, di balik fasad yang rupa.
Siang dan malam, dia berkelana, Â
Mencari saksi, bukti, dalam keheningan dan riuh rendah kota. Â
Mengungkap skandal, konspirasi, kejahatan terencana, Â
Dengan harapan, suatu hari, keadilan akan berbicara.
Di kafe-kafe, di bawah remang lampu, Â
Dia bertemu dengan sumber, berbisik dalam kode dan isyarat. Â
Mencatat setiap kata, setiap detail, tak satu pun terlewat, Â
Karena dalam dunia berita, kebenaran adalah seni yang akurat.
Dengan berani, dia menantang otoritas, Â
Mengekspos korupsi, kecurangan, ketidakadilan yang terselubung. Â
Dia tahu risiko, bahaya yang mengintai, tapi tetap gigih, Â
Karena bagi seorang jurnalis, kebenaran adalah panggilan yang mendesak dan mendalam.
Dan ketika edisi terbaru terbit, Â
Dan kota terbangun oleh berita yang dia tulis, Â
Dia tahu, perjuangannya tak sia-sia, Â
Karena setiap kata yang dia rangkai adalah langkah menuju dunia yang lebih adil dan bijaksana.
Jadi, dengan pena di tangan, dan keberanian di hati, Â
Dia terus menulis, mengungkap, berbicara. Â
Pemberontakan pena, dalam setiap kata, setiap berita, Â
Adalah perjuangan seorang jurnalis, dalam mencari, menjaga, dan menyuarakan kebenaran.
---
Selesai
Tonton Juga Puisi Lainnya di Channel Atanshoo