Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hobi membaca dan sesekali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Capres dan Dinamika Isu Pertahanan Nasional

9 Januari 2024   15:44 Diperbarui: 9 Januari 2024   16:04 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta - Pada Minggu (7/1/2024), Istora Senayan di Jakarta menjadi saksi bisu dari debat capres yang ketiga, sebuah acara penting yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam debat ini, berbagai pernyataan menarik dari para calon presiden menjadi sorotan, salah satunya adalah pendapat Prabowo Subianto tentang pembahasan isu pertahanan negara.

Prabowo, yang tidak setuju dengan pembahasan masalah internal pertahanan secara terbuka, mendapat tanggapan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Jokowi, tidak semua data pertahanan, termasuk informasi mengenai alat utama sistem senjata (alutsista), dapat diumbar ke publik. "Nggak bisa semuanya dibuka kayak toko kelontong," ucap Jokowi selama kunjungan kerja di Serang, Banten. Beliau menekankan bahwa aspek-aspek tertentu dalam pertahanan harus dirahasiakan untuk menjaga keamanan nasional.

Kritik terhadap Kemhan dan kebijakan pertahanannya juga muncul dari calon presiden lain seperti Ganjar dan Anies. Mereka mempertanyakan proses perencanaan dan kesejahteraan prajurit TNI. Prabowo, sebagai Menteri Pertahanan, membantah data yang mereka sampaikan dan bahkan menawarkan untuk membahasnya lebih detail di luar sesi debat.

Pengamat Hubungan Internasional, Teuku Rezasyah, menyatakan bahwa dalam posisi Prabowo sebagai Menhan, tidak semua data bisa dibuka ke publik, mengingat ada data yang konfidensial. Ia menambahkan bahwa data konfidensial hanya bisa diakses oleh individu yang memiliki kewenangan dan kompetensi untuk mengelolanya.

Di sisi lain, pengamat militer dan pertahanan, Anton Aliabbas, menyoroti bahwa ada aspek pertahanan yang tidak perlu dirahasiakan, seperti kebijakan pertahanan, pengelolaan personel, dan pengadaan. Menurutnya, hal-hal seperti kemitraan publik-swasta di sektor pertahanan dan keterlibatan personel dalam aktivitas ekonomi bisa diinformasikan kepada publik.

Debat ini menjadi penting karena menunjukkan berbagai pendekatan dan pandangan mengenai kebijakan pertahanan nasional, yang merupakan isu krusial dalam menjaga kedaulatan dan keamanan Indonesia. Setiap calon presiden menunjukkan pandangannya masing-masing, memberikan gambaran tentang bagaimana mereka akan mengelola isu sensitif ini jika terpilih menjadi pemimpin negara.

Penutup

Refleksi dan Pandangan Penulis Terhadap Sikap Prabowo Subianto

Sebagai penutup, pandangan penulis cenderung mendukung keputusan Prabowo Subianto yang memilih untuk tidak membuka secara detail hal-hal fundamental dalam pertahanan di forum publik. Pendekatan ini mencerminkan pemahaman mendalam tentang pentingnya menjaga kerahasiaan informasi strategis untuk keamanan nasional. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian dan tantangan keamanan, kebijakan yang mengedepankan kerahasiaan dan kehati-hatian dalam berbagi data sensitif merupakan langkah bijak.

Hal ini bukan hanya soal kebijakan pertahanan saja, tetapi juga tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara transparansi dan kebutuhan strategis sebuah negara. Di era di mana informasi dapat dengan mudah tersebar dan dimanipulasi, membatasi akses terhadap informasi yang sangat sensitif dan krusial untuk pertahanan nasional menjadi tindakan yang bertanggung jawab. Keputusan Prabowo ini menunjukkan komitmennya terhadap perlindungan kepentingan nasional di atas segalanya.

Kemampuan untuk menentukan informasi apa yang harus dirahasiakan dan apa yang bisa diungkap kepada publik adalah aspek penting dari kepemimpinan yang efektif, khususnya dalam bidang pertahanan. Dengan demikian, sikap Prabowo dalam debat tersebut layak diapresiasi sebagai langkah yang menunjukkan keseriusan dan kecermatan dalam mengelola informasi penting negara. Ini adalah contoh nyata dari tanggung jawab yang harus dipikul oleh para pemimpin dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara.

Dengan demikian, diharapkan bahwa debat yang lebih mendalam dan diskusi yang lebih terfokus pada isu pertahanan akan terus berlangsung, dengan menghormati batasan yang diperlukan untuk menjaga informasi sensitif. Keputusan Prabowo ini sejalan dengan prinsip dasar bahwa keamanan nasional adalah prioritas utama yang harus dijaga oleh setiap pemimpin negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun