Budaya klenik, dengan segala kepercayaan mistis dan ritual-ritualnya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Namun, dalam melihat fenomena ini, penting bagi kita untuk merenung lebih dalam. Apakah benar setiap aspek budaya klenik harus kita terima tanpa ragu? Dalam buku "MADILOG" karya Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner Indonesia, kita menemukan perspektif yang menarik tentang bagaimana melihat budaya klenik dengan kritis dan logis.
Budaya klenik mengakar dalam sejarah panjang Indonesia, dengan beragam bentuk seperti kepercayaan pada dukun, amulets, atau praktik-praktik mistis lainnya. Masyarakat telah mewarisi kepercayaan ini dari generasi ke generasi, membentuk suatu tradisi yang menembus waktu. Dalam bukunya "MADILOG," Tan Malaka mengajak kita untuk melihat budaya klenik dengan pandangan yang lebih kritis dan logis. Ia menekankan pentingnya menggunakan akal sehat dan berpikir rasional ketika menghadapi fenomena-fenomena yang tampaknya mistis.
Salah satu poin penting yang diungkapkan oleh Tan Malaka adalah bahwa di balik setiap mitos atau kejadian klenik, terdapat penjelasan logis yang bisa dipahami. Sebagai contoh, penyakit yang tiba-tiba sembuh setelah melakukan ritual tertentu mungkin memiliki penjelasan medis atau psikologis yang bisa diuraikan. Melalui kritik yang dihadirkan oleh Tan Malaka, kita diajak untuk menyaring dan memilah kearifan lokal yang positif tanpa harus sepenuhnya menelan mentah-mentah kepercayaan klenik. Ini bukan upaya untuk merendahkan warisan budaya, tetapi lebih sebagai tantangan untuk membangun masyarakat yang cerdas dan kritis.
Meninggalkan budaya klenik bukan berarti menghancurkan warisan budaya. Sebaliknya, ini adalah langkah untuk mengubah pandangan kita terhadap kearifan lokal dan memperkuat akal sehat dalam menghadapi berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H