Tidak kunjung menemukan titik terang, A bertanya kepada beberapa orang yang mengikuti lelang arisan JZF. Terungkap bahwa JZF belum membayarkan lelang arisan lainnya. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan A (26/11), ia belum mendapatkan kembali uang lelang arisan maupun uang modal dari terduga pelaku.
Menyadari bahwa dirinya merupakan korban lelang arisan dari JZF, A dan korban lain mulai mengambil tindakan.
Berhasil di Awal hingga Gaya Hidup Mewah Menjadi Alasan Korban Terbuai
Terkesan tidak masuk akal, namun lelang arisan banyak memakan korban. Keputusan A untuk mengikuti lelang arisan JZF didorong oleh keberhasilan saat mengikuti arisan menabung dan mendapatkan keuntungan pada lelang arisan awal.Â
Rasa percaya terhadap terduga pelaku semakin kuat karena faktor kedekatan. Walaupun tidak memiliki hubungan perteman yang dekat, A dan JZF berasal dari kampus yang sama. Hubungan antara penjual dan pembeli turut memperkuat keyakinan A untuk ikut. Selain itu, branding gaya hidup mewah dan memiliki bisnis sukses seringkali dipamerkan JZF di media sosial.
"Aku lihat dari kehidupan dia, dia juga punya usaha, kehidupannya juga mewah. Jadi aku mikir kalau hal kaya gini terjadi ya dia bisa ganti," ujar A.
Alasan serupa datang dari korban arisan berbeda asal Kota Jakarta berinisial N. Awalnya, N sudah beberapa kali berhasil mengikuti arisan tersebut. Setelah mengikuti arisan dengan jumlah jutaan, terduga pelaku mulai menghilang. Hal ini disadari karena akun media sosialnya mulai dinonaktifkan. Sampai akhirnya N mendapatkan kabar bahwa arisan tersebut merupakan penipuan. Â
Aipda Yuni Hermanto dari Polrestabes Bandung turut menyampaikan adanya kesamaan penyebab korban mengikuti lelang arisan. Pola tersebut tidak jauh dari keberhasilan yang menimbulkan rasa percaya. Ditambah lagi korban terbuai dengan keuntungan yang dijanjikan.
Langkah Korban Setelah Sadar Menjadi Korban Penipuan Lelang Arisan
Tidak berselang lama setelah ia menyadari menjadi korban penipuan lelang arisan JZF, A bergabung ke dalam grup WhatsApp yang berisikan para korban. Berspekulasi bahwa grup tersebut berfungsi agar terduga pelaku menghitung total korban dan kerugian, tetapi A justru mendapati bahasan yang terus berulang tanpa ada kejelasan.
"Di grup WA itu ada semua korban, kalau pelaku aku kurang tau, karena isinya banyak 150 orangan. Tapi ya bahasan grupnya soal masalah keuangan dan bakal diganti," jelas A.