Mohon tunggu...
Asyita Al Mufidah
Asyita Al Mufidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD B

MAHASISWA UNUSA PRODI PGSD KELAS 1B

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rara dan si kucing putih

13 November 2021   19:08 Diperbarui: 13 November 2021   19:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari bersinar terang, burung berkicau di dalam sebuah rumah kelurga Pak Budianto yang sedang sarapan pagi. Bunda Nana berkata, "Rara, apa sudah cukup nasinya?" 

"Sudah, Bun," kata Rara. 

"Nusa mau tambah nasi, Bun," kata Nusa, anak sulung dari keluarga Budianto. 

"Ini Nusa, selamat makan." Bunda Nana mengisi kembali nasi di piring Nusa. 

Saat mereka menyantap sarapanya, tiba-tiba ada seekor kucing datang. 'meong meong meong' Rara pun berdiri dari kursi dan berjongkok untuk melihat kucing tersebut. 

"Hai kucing, apakah kamu lapar?" tanya Rara sembari mengusap kepala kucing berbulu putih itu. 

Kucing itu seolah tau dengan apa yang diucapkan Rara, 'meong meong'. 

"Baiklah, aku akan memberimu makanan. Bunda, bolehkah aku minta tumis sayur tadi?" tanya Rara. 

"Boleh dong." Bunda Nana mengambil tumis sayur dengan sendok yang tersedia di piring dan menaruhnya di piring. Lalu memberinya pada Rara. 

Rara pun membawa kucing tersebut ke teras dan memberikan sepiring sayur kangkung kepada seekor kucing tersebut. Namun kucing tersebut tidak kunjung memakannya. Rara yang kesal pun akhirnya memarahi kucing tersebut hingga kucing tersebut mencakar tangan Rara. 

"Dasar kucing! Kamu sudah aku kasih makan. Kenapa tidak memakannya? Itu sayur kangkung buatan Bunda. Bisa bikin kamu sehat! Kenapa kamu tidak mau?" omel Rara pada kucing itu.

Rara pun menangis dan berlari masuk dan berteriak keras. Membuat keluarganya terkejut. "Ayah.. huwaaa.. tangan Rara dicakar kucing huwaaaaa.." Ayah pun menghampiri Rara bersama Bunda Nana dan Nusa.

"Rara kenapa nangis, nak?" tanya Ayah.

"Kucing nakal, Rara dicakar padahal Rara baik sudah kasih makan sayur kangkung." Rara mengadu pada ayahnya dengan menunjukkan tangannya yang berdarah akibat cakaran kucing. Ayah, Bunda Nana dan Nusa yang mendengar itu pun lantas tersenyum. 

"Sini Rara duduk di samping ayah." Ayah menepuk kursi di sebelahnya, lantas gadis kecil itu menurut dan duduk di sebelah Ayah. "Jadi Rara, kucing itu makannya bukan sayuran, nak." 

"Betul itu," sahut Nusa.

"Kenapa kucing tidak makan sayur? Kan sayur itu menyehatkan. Bunda sendiri yang bilang begitu." tanya Rara. 

"Bunda jelasin, ya. Jadi, hewan itu dibedakan menjadi 3 menurut jenis makanannya sayang. Yang pertama itu herbivora, nah hewan jenis ini pemakan sayuran atau buah buahan contohnya sapi, kambing, atau kelinci. Rara pernah lihat sapi makan rumput, 'kan?" 

Rara mengangguk, "pernah, Bun. Di rumah nenek," kata Rara. 

"Yang kedua karnivora, hewan pemakan daging. Contohnya seperti kucing, harimau, singa. Rara hari libur kemarin lihat singa di kebun binatang, 'kan? Singanya dikasih makan daging ayam sama pawangnya. Rara ingat?"

Gadis kecil itu mengangguk. "Ingat Bunda. Singanya makan daging ayam banyak sekali." 

"Nah, singa dan kucing itu makanannya sama. Jadi, kucing juga makan daging, bukan makan sayur ya. Terus yang terakhir adalah omnivora, hewan pemakan segalanya. Bisa makan sayur, bisa juga makan daging. Seperti beruang." jelas sang bunda.

"Oh, jadi begitu." 

"Itulah kenapa kucing tadi tidak makan sayur yang dibawa kamu, Ra. Karena kucing itu pemakan daging, bukan sayur," sahut Nusa. 

Ayah dan Bunda Nana tersenyum. Bunda Nana lalu bangkit dan mengambil kotak obat untuk mengobati tangan Rara yang terluka. Setelah selesai, mereka kembali ke meja makan untuk melanjutkan makan  yang tertunda. 

Hari ini Rara belajar, jika setiap hewan memiliki jenis makanan yang berbeda. Seperti kucing yang berbulu putih tadi yang tidak menyukai sayuran. Sekarang Rara tahu, jika kucing adalah hewan pemakan daging, atau karnovira. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun