Tugas mata kuliah Biodiversitas Tropika Program Magister, Pascasarjana Departemen Biologi, FMIPA Unand dengan dosen pengampu Dr. Feskaharny Alamsjah.
Daerah Tropis adalah wilayah yang secara geografis berpusat di garis khatulistiwa, antara garis lintang 23,5 derajat LS dan 23,5 derajat LU. Kata "tropis" juga dapat diartikan sebagai iklim yang panas dan lembab sepanjang tahun. Hal ini terkait dengan lokasi dan intensitas penyinaran matahari selama satu tahun. Maka tidak heran lagi jika mendengar bahwa daerah tropis termasuk Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati.
Ekosistem tropis terdiri dari hutan hujan, hutan tropis musiman, hutan gugur tropis, hutan jenis konifera, gurun, dan jenis habitat lainnya. Hutan hujan adalah ekosistem tropis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan dan hewan. Indonesia merupakan bagian dari wilayah tropis dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan salah satu ekosistem tropisnya adalah hutan hujan.
Hutan hujan tropis adalah salah satu ekosistem paling produktif di bumi. Hal ini terkait dengan fakta bahwa hutan hujan tropis menutupi sebagian besar bumi, dan biomassa tumbuhan per satuan luas hutan hujan juga memiliki intensitas yang tinggi, sehingga menghasilkan produktivitas yang sangat tinggi dan kesan lahan yang sangat subur. Produktivitas hutan hujan yang tinggi tidak dipengaruhi oleh banyak sumber nutrisi. Resosoedarmo et al., (1986) menegaskan bahwa tanah hutan hujan secara inheren miskin unsur hara dan tidak mampu menopang produktivitas tanaman yang sangat tinggi. Namun, ekosistem hutan hujan sangat bersiklus nutrisi dan bersiklus cepat, membuat kawasan ini sangat produktif.
Produktivitas primer adalah tingkat di mana produsen mengalokasikan energi. Menurut Campbell (2002), produktivitas primer menunjukkan jumlah energi cahaya yang diubah menjadi energi kimia oleh autotrof dalam suatu ekosistem selama periode waktu tertentu. Produktivitas kotor disebut produksi primer kotor (GPP). Hal ini disebabkan karena organisme menggunakan beberapa molekul hasil produktivitas untuk proses respirasi, tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai biomassa dalam organisme atau tumbuhan yang sedang tumbuh. Produktivitas primer bersih dengan demikian sama dengan produktivitas primer bruto dikurangi energi (Rs) yang dikeluarkan oleh produsen dalam respirasi. Menurut Whittaker dan Likens (1975), hutan hujan tropis memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan kawasan lain, berkisar antara 1.000 hingga 3.500 g/m2/tahun, diikuti oleh hutan monsun tropis, sedangkan gurun dan semak merupakan yang produktivitas terendah, yaitu sekitar 10 - 250 g/m2/tahun.
Produktivitas yang tinggi di hutan hujan tropis sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, sinar matahari, curah hujan, produktivitas serasah, suksesi komunitas, dan sistem konservasi nutrisi. Faktor-faktor lingkungan tersebut saling berinteraksi dengan baik untuk mendukung produktivitas hutan tropis.
Mempertahankan produktivitas ekosistem merupakan suatu hal yang penting karena dapat menjadi parameter ekologi. Menurut Jordan (1985), produktivitas ekosistem adalah suatu proses dan interaksi yang terjadi secara bersamaan dalam suatu ekosistem. Perubahan kecil dalam produktivitas ekosistem dalam jangka waktu yang lama menunjukkan bahwa lingkungan stabil, sedangkan perubahan yang dinilai dramatis menunjukkan bahwa perubahan lingkungan yang sebenarnya atau interaksi organisme dalam ekosistem memiliki konsekuensi yang signifikan, artinya ada sebuah perubahan dalam suatu ekosistem. Produktivitas secara tidak langsung dapat mewakili keadaan suatu ekosistem.
Produktivitas hutan yang baik dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan. Hal ini terkait dengan beragam ecosystem service yang diberikan oleh hutan, menjadikan hutan sebagai salah satu penjaga kelangsungan dan keseimbangan kehidupan di muka bumi. Ecosystem service yang disediakan oleh hutan menopang sebagian besar siklus ekosistem di bumi. Penurunan produktivitas hutan di daerah tropis telah dikaitkan dengan berbagai dampak lingkungan, karena hutan, terutama hutan tropis, menghasilkan 25-30% oksigen dari siklus oksigen global dan dapat menyimpan sekitar 229-247 miliar ton karbon melalui fotosintesis. Sehingga ketika produktivitas suatu hutan menurun, akan berdampak negatif pada lingkungan sekitarnya, seperti bencana alam, dll.
Kondisi hutan hujan saat ini mengalami penurunan produktivitas yang cukup drastis. Perkembangan zaman telah mengurangi kesadaran masyarakat untuk menjaga, melestarikan dan hidup berdampingan dengan alam, perlahan-lahan masyarakat mulai merusak kawasan hutan hujan tropis untuk memenuhi kebutuhannya. Penebangan liar, industrialisasi fungsi hutan konversi lahan, kebakaran hutan dan kegiatan antropogenik lainnya menyebabkan produktivitas hutan berkurang. Deforestasi di Indonesia mencapai lebih dari 3,5 juta hektar antara tahun 1996 dan 2000, dan jumlahnya terus meningkat selama dua dekade terakhir.
Fenomena ini harus menjadi suatu pukulan bagi kita untuk menjaga produktivitas dan meningkatkan kelangsungan hidup hutan hujan dan ekosistem tropis lainnya. Salah satunya adalah hutan hujan tropis di Papua. Hal ini berkaitan dengan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2019) yang menyatakan bahwa hutan tropis Papua mencapai 38% dari total luas hutan nusantara dan dapat dikatakan sebagai benteng terakhir pertahanan hutan tropis di Indonesia.
Kondisi hutan tropis terestrial Papua yang masih sangat baik menunjukkan tingginya produktivitas hutan hujan tropis. Hal ini harus diperhatikan dan dilindungi mengingat pentingnya hutan bagi kehidupan masa depan. Salah satu upaya pemerintah untuk menjaga hutan tropis Papua adalah dengan berkomitmen menjaga 70% lahan Papua tetap hijau. Pemerintah menginginkan 70% hutan Papua menjadi kawasan konservasi dan lindung. Saat ini, hanya sekitar 30% hutan papua yang menjadi hutan lindung, sisanya berada di tangan pengelola dan pengusaha. Pemerintah bertujuan untuk menghutankan kembali sebagian hutan yang digunakan sebagai usaha perkebunan kelapa sawit dengan peraturan pemerintah. Pengelola lahan yang kontraknya habis akan dicabut izinnya oleh pemerintah untuk mengembalikan hutan ke fungsi semula. Upaya tersebut diharapkan dapat terwujud untuk menjaga keutuhan hutan tropis Indonesia dan menstabilkan produktivitas ekosistem tropis
Ditulis Oleh: Miftahul Zovia-Mahasiswi universitas Andalas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H