Mohon tunggu...
Asyiah Ika
Asyiah Ika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka membaca, menonton, dan keliling kota

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerugian Amazon Karena Kebijakan E-Commerce India Periode 2019

14 Maret 2024   14:46 Diperbarui: 14 Maret 2024   15:54 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perekononomian India sebelum terjajah digitalisasi sangat terbelakang. Pada tahun 2013, Penduduk India mencapai 1.291 miliar penduduk (United States Census Bureau, 2013) dan bertambahnya tahun angkanya pun meningkat. Banyaknya angka kepadatan penduduk, India dinominasikan menjadi negara dengan populasi terbesar di dunia. Dari banyaknya angka sumber daya manusia India, tidak menjamin keharmonisan perekonomiannya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya strata sosial di lingkungan dan tidak adanya pemerataan Pembangunan. 67% penduduk India tinggal di daerah pedesaan yang dapat dikatakan terbelakang karena keterbatasannya dalam akses teknologi. Maka, penduduk yang secara mental telah siap menerima digitalisasi teknologi hanya 35% penduduk India saja (The Borgen Project, 2023). Kesiapan mental itu didukung oleh tempat tinggal mereka yang berada di kota dan telah memiliki koneksi internet.

Amazon mengawali mendongkrak pertumbuhan perekonomian India melalui investasi. Mata pencaharian utama masyarakat India adalah berjualan di pinggir jalan atau biasa kita sebut sebagai pedagang kaki lima. Amazon menganalisis bahwa perilaku penduduk India yang gemar berjualan akan sangat memberikan keuntungan bagi perekonomian negara. Dengan syarat bila dapat dimanfaatkan dengan baik peluang – peluang yang ada dengan berkolaborasi bersama dunia digital. Sehingga, para penjual di India dapat menjangkau pembeli dari segala penjuru melalui penjualan produk di e-commerce. Namun dengan keterbelakangan pengetahuan, penduduk India tidak berminat karena menganggap pengelolaannya terlalu rumit untuk usaha yang masih terbilang kecil.

Amazon menginisiasi permasalahan ekonomi India dengan membuka peluang. Pada tahun 2013, Amazon berinvestasi di India sebesar $5 miliar dolar dan menghasilkan e- commerce bernama Amazon India. Sebagai perantara kepada masyarakat Amazon India membentuk Amazon Chai Cart untuk membangun trust penduduk dan mensosialisasikan bagaimana kerja e-commerce yang sangat mudah dan menjanjikan. Berdasarkan data laporan Amazon, Amazon Chai Cart dalam 4 bulan telah berkeliling 15.280 km melalui 31 kota, melayani 37.200 cup teh, dan menggaet minat lebih dari 10.000 seller India (Amazon.in, 2016). Menurut Statista dalam data forbes, pasar e-commerce di India telah berkembang pesat selama 4-5 tahun terakhir. Pada tahun 2022, perekonomian India bertumbuh hingga $69,2 miliar (Thaker, 2023).

India merupakan pasar terbesar dan penting yang dibentuk oleh Amazon. Amazon telah menginvestasikan $5 miliar kepada pasar India. Amazon juga telah melakukan terobosan pasar baru pada sektor offline India dengan cara membeli saham jaringan ritel lokal seperti More dan Shoppers Stop. Menurut Konsultan Global PWC, tahun 2022 e-commerce India diprediksi melampaui $100 miliar dan mulai menguasai pasar lebih dari 90% (Choudhury, 2019).

Peraturan e-commerce India hadir berkat keluhan masyarakat. Masyarakat berasumsi bahwasannya Amazon hanya menguntungkan sejumah kecil penjual dan Amerika turut terlibat dalam penerapkan harga yang menghancurkan para pengecer. Amazon memberikan perlakuan Istimewa kepada sebagian kecil penjual saja. Maka, pemerintah membentuk kebijakan bahwa akan ada pengawasan yang ketat pada pasar dengan pertumbuhan tercepat (Kalra, 2021).

Amazon menolak penerapan peraturan e-commerce India mengancam bisnis Amazon. Adanya pengawasan ketat memperdalam resiko Perusahaan Amazon. Resiko – resiko itu mengharuskan Amazon untuk membatasi diri terkait konten – konten penjualan yang menjadi bagian dari strategy marketing. Amazon membuat pembuktian diri dengan menyerahkan catatan pertemuan, laporan bisnis, dan lain -lain. Dalam draft catatan pertemuan yang telah ditinjau dalam website Reuters ada catatan highlight bahwa Amazon tidak memberikan perlakuan Istimewa kepada penjual, dan selalu mematuhi hukum (Kalra, 2021).

Pemerintah menerapkan kebijakan untuk memutus rantai kapitalisme (penguasaan pasar) oleh Perusahaan online seperti Amazon. Pada Desember 2018 pemerintah India menerbitkan hukum mengenai e-commerce dan mulai dapat diberlakukan pada 1 Februari 2019. Isi dari hukum itu adalah pelarangan Perusahaan e-commerce untuk membuat perjanjian penjualan secara eksklusif dengan produsen atau menawarkan diskon besar – besaran kepada konsumen. Isi hukum tersebut juga mengungkapkan bahwa investasi asing langsung hanya diizinkan ke Perusahaan e-commerce yang menyediakan pasar bagi pembeli dan penjual (Choudhury, 2019). Secara Efektif, pemerintah India melarang Amazon menjual produk Perusahaan yang sahamnya mereka miliki.

Amazon mengalami kerugian karena penerapan peraturan e-commerce India. Saat peraturan baru India ditetapkan, Amazon melakukan mediasi untuk meminta waktu penundaan penerapan supaya Perusahaan memiliki waktu untuk mencari solusi alternatif yang hasilnya ditolak secara tegas. Forrester memperkirakan peraturan akan berdampak kepada ketersediaan produk di platform Amazon yang sebelumnya menyumbang produk 45 – 50%. Perkiraan penurunan penjualan atau kerugian yang akan diterima Amazon sekitar 5-6 persen pada tahun 2019 (Choudhury, 2019).

REFERENCES

Amazon.in. (2016). Amazon Chai Cart: Winning Seller's Hearts And Now A Gold Award, All Over A Cup Of Tea.

Choudhury, S. R. (2019). If You Hold Amazon Shares, Here's What You Need To Know About India's e-commerce Law. CNBC.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun