Mohon tunggu...
Asyhari Eko Prayitno
Asyhari Eko Prayitno Mohon Tunggu... Guru - Ustadz
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya tinggal di Kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketum LDII: Wanita adalah Agen Perubahan dalam Keluarga

3 November 2021   04:07 Diperbarui: 3 November 2021   04:10 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi (jabarekspress.com)

Jakarta (2/11). Para wanita dan ibu rumah tangga merupakan agen perubahan, karena memegang peran strategis di dalam rumah tangga. Terutama untuk membentuk karakter generasi penerus bangsa. Potensi tersebut telah DIlirik oleh LDII sejak tahun 1997.

Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan,"Sejak 1997, kami memiliki program yang bermula di Jawa Timur untuk membentuk wanita yang cerdas. Karena hanya wanita atau ibu yang cerdas, dapat melahirkan generasi yang unggul. Pada ranah keluarga, ibu adalah seorang manajer yang memahami keuangan, karakter anak, hingga menjadi konsultan bagi anak-anaknya," ujarnya.

Menurut  keyakinan Chriswanto, bahwa kedekatan ibu dengan anak-anaknya bisa menciptakan ikatan yang unik. Mereka bisa membentuk karakter anak dengan edukasi yang berkelanjutan , "Maka sangat penting memberikan pemahaman kepada ibu-ibu mengenai gizi, keuangan, psikologi keluarga, parenting skill (keterampilan keorangtuaan)," tuturnya.

Chriswanto menegaskan, posisi wanita untuk membangun bangsa cukup strategis, karena masyarakat yang kuat dan sejahtera dibangun di atas pondasi keluarga. Dengan demikian, Pengetahuan para wanita dapat membentuk keluarga dan generasi penerus bangsa yang sehat jasmani dan rohaninya. Maka keberlangsungan bangsa Indonesia, dapat terjaga karena lahirnya generasi yang unggul dan "Erupsi moral bangsa dapat dicegah dimulai sejak dari keluarga," tegasnya.

Program yang berkelanjutan sejak 1997 tersebut memperoleh apresiasi dari berbagai pihak, antara lain :
Pada hari Minggu (31/10), DPW LDII Kalimantan Tengah dan DPD LDII Klaten menghelat webinar pemberdayaan wanita.Program pemberdayaan wanita dalam konteks keluarga itu, dilaksanakan secara simultan dan berkelanjutan.  

Di Klaten,telah diadakan webinar yang bertajuk 'Peran Ibu Sebagai Manajer Keluarga dalam Menyongsong Pascapandemi COVID-19', oleh Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (BPKK) DPD LDII Klaten. Acara tersebut bertujuan untuk mempersiapkan pendampingan orang tua dalam Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Bupati Klaten Sri Mulyani mengapresiasi webinar yang dihelat LDII itu. Ia mengatakan bahwa tantangan pandemi memang tidak ringan, namun dengan tekad, hal yang sulit dapat menjadi ringan, "Covid-19 dapat membunuh manusia namun tidak akan bisa membunuh kreativitas manusia.  Ia  menegaskan webinar tersebut menunjukan keseriusan LDII dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa dan memberdayakan para wanita dalam keluarga",ujarnya.

Menurut Sri Mulyani, "Posisi wanita selain harus melayani beragam kepentingan dan kebutuhan keluarga, mereka dalam sebuah rumah tangga terbilang strategis. Mereka juga disibukkan oleh profesionalisme. Apalagi, pada masa pandemi Covid-19, beban mereka memdampingi anak untuk belajar juga bertambah",jelasnya.

Di Kalimantan Tengah, telah diadakan webinar Kesehatan dengan tema "Cegah Stunting dengan Gizi Seimbang untuk mewujudkan Generasi Emas Profesional dan Religius".

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Kalimantan Tengah Yulistra Ivo Sabran mengatakan, "Para wanita berperan penting dalam mencari solusi  menghadapi Indonesia yang akan mengalami tantangan stunting.Karena gizi buruk yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan gangguan metabolik atau bahkan dapat mengganggu belajar anak," tegas Ivo juga istri Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran.

"Salah satu tantangan membangun manusia Indonesia yang berkualitas adalah terkait dengan permasalahan yang sedang kita hadapi saat ini, yaitu standar gizi buruk yang kronis akibat kekurangan asupan gizi .Percepatan penurunan stunting merupakan prioritas nasional sebagai upaya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat cerdas produktif dan berdaya saing,  " kata Ivo.

 "Para wanita perlu pengetahuan gizi, yang mencukupi agar stunting bisa ditekan atau bahkan dihilangkan. Ia menegaskan, baik pemerintah maupun seluruh elemen masyarakat harus terus meningkatkan pengetahuan ibu sebelum, saat, dan setelah melahirkan. Karena stunting bisa dicegah dengan memastikan kesehatan dan kecukupan gizi pada 1.000 hari kehidupan pertama", tambahnya.

Pemerintah juga berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang memadai untuk mengatasi kurangnya akses air bersih dan sanitasi (kebersihan lingkungan) dan mengedukasi tentang makanan bergizi yang berasal dari sumber daya lokal.

Menurutnya, wanita bisa lebih berperan dalam membangun dan menguatkan Indonesia, terutama dimulai dari keluarga.maka Ivo sangat mengapresiasi atas kegiatan seminar kesehatan yang diselenggarakan LDII Kalteng dengan tema pengetahuan seputar stunting tersebut.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun