Mohon tunggu...
Asyfiq
Asyfiq Mohon Tunggu... -

be youeself in all your condition

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Janji Tuhan Yang Diingkari

28 Mei 2012   03:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kehidupan yang bertambah maju, membuat manusia seakan-akan melepaskan supranaturalis yang sudah menjadi dokma sejak lahir dalam pemikiranya. akibat perkembangan tegnologi yang maju dan maraknya doktrin kebebasan, membuat setiap manusia berhak menentukan setiap gerak yang diinginkan. faham rasionalisme telah merasuk menjadi sebuah faham yang diyakini paling ideal, paling bisa menentukan kemajuan yang progres dalam setiap kehidupam. tak ada lagi nuansa karismatik dalam individu-individu yang menjadi dambaan seperti dahulu. keadaan yang semakin rumit menjadi patokan utama bahwa asumsi peran tuhan semakin pudar. usaha yang sia-sia selalu muncul dari perasaan golongan agamawan yang aktif dalam praktek spiritualnya. hal ini didukung pula dengan adanya kekecewaan atas hak tuhan yang selalu dijanjikan dianggap tak pernah terealisasi. "takdir", adalah sebuah penentu hidup yang diyakini telah ada sejak lahir, namun takdir selalu dianggap tak bersahabat. usaha yang dilakukanya selalu tak sesuai dengan keadaan realita. akhirnya munculah harapan yang kosong dan menganggap tuhan telah tidur atau lalai atas dirinya, karena dikira tuhan sibuk dengan banyaknya aktivitasnya di alam semesta ini, sehingga memunculkan pemahaman bahwa kemajuan dan kemunduran itu adalah upaya manusia semata, bukan karena tuhan. tuhan hanya bersifat universal semata sebagai candu orang-orang yang terpojokan. dari situ maka munculah atheisme.

janji tuhan mungkin belum dimengerti oleh setiap individu yang tersesat dari jalur utamanya. tuhan selalu memberikan hal terbaik dalam setiap kehidupan manusia, namun manusia selalu ingkar dengan adanya keputusannya sendiri yang dianggap lebih benar dari tuhan. dalam setiap kitab agam telah dijelaskan bagaimana tuhan akan memberikan semuanya yang diminta hambanya selagi mereka mau meinta, berusaha, dan bersabar. namun kenyataan inilah yang selalu dirasa kebohongan tuhan oleh orang-orang yang putus asa dan menganggap tuhan hanya sebagai alat terakhir sambat manusia. maka, segeralah kembali pada kebenaran unversalitas tuhan atas kebenaran rasionalitas yang jelas belum bisa jadi patokan dasar hidup umat manuisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun