Kehidupan adalah perjalanan yang tidak selalu bisa ditebak. Kadang, dalam sebuah momen duka seperti meninggalnya seorang tokoh yang dihormati, justru menjadi titik temu bagi kami, anak-anak FLOBAMORA.
Kami berkumpul bukan hanya untuk menghormati yang telah pergi, tetapi juga untuk memperkuat kembali persahabatan yang telah diwariskan oleh orang tua kami.
Meski kami bukan perantau asli seperti orang tua kami atau yang memang lahir di tanah FLOBAMORA, kami adalah anak-anak dari mereka yang merantau dari tanah FLOBAMORA beberapa puluh tahun yang lalu dengan penuh harapan dan cita-cita.
Orang tua kami datang dari tanah yang jauh, meninggalkan kampung halamannya di NTT untuk menemukan kehidupan baru di Kalimantan Barat.
Meski tanah yang mereka tinggalkan begitu jauh, mereka membawa serta sesuatu yang tak ternilai, nilai persatuan dan persaudaraan yang begitu kuat. Nilai ini yang kini kami, keturunan mereka, coba teruskan.
Kami lahir dan besar di tanah ini, Kalimantan, bernafas dalam udara Kalimantan, namun akar kami selalu menuntun kami kembali kepada asal usul kami.
Nama belakang kami adalah penanda bahwa kami adalah bagian dari sejarah yang lebih besar. Marga yang kami bawa menjadi simbol bahwa walau jarak memisahkan, kami tidak pernah melupakan dari mana kami berasal.
Seperti nama-nama kami yang mewakili warisan ini---Asyer Bulan, Inata Nenabu, Erni Mahelina Salukh, Dehijah Srianti Nipu, Nona Kause---kami adalah bagian dari perjalanan panjang yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan.
Berkumpul bersama hari ini, dalam suasana yang penuh kenangan, adalah momen untuk mengenang perjuangan orang tua kami yang datang ke sini dengan segenggam harapan.
Mereka, orang tua kami, mungkin telah menempuh perjalanan yang berat, tapi mereka telah menanamkan di hati kami sebuah warisan yang lebih berharga dari apapun: persatuan dan kekuatan identitas sebagai anak FLOBAMORA.