Penulis masih tertarik membahas tentang waktu, kita bisa melihat bahwa di sekitar kita banyak orang yang menggunakannya dengan sembrono, tidak bertanggung jawab.
Mereka seringkali tidak memiliki kesadaran atau tanggung jawab dalam memanfaatkan waktu yang ada.
Padahal, waktu adalah sumber daya yang tidak bisa diperbarui, dan cara seseorang menggunakan waktu sangat memengaruhi kesuksesan serta kualitas hidupnya.
Ketidaksadaran akan pentingnya waktu membuat banyak orang terjebak dalam rutinitas yang tidak produktif dan sering kali berakhir dengan penyesalan.
Waktu adalah salah satu sumber daya paling berharga yang dimiliki manusia. Sayangnya, seringkali kita terjebak dalam kebiasaan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting dan tidak mendesak.
Ketika waktu digunakan untuk aktivitas semacam ini, itu adalah pemborosan sumber daya yang berharga menurut penulis.
Tidak jarang, orang menemukan dirinya terjebak dalam stres karena menumpuknya tugas-tugas penting yang mendesak akibat kurangnya perencanaan.
Untuk menghindari dua jebakan ini, pemborosan waktu dan tekanan yang terus meningkat, penting bagi setiap orang untuk menata kembali prioritasnya serta memanfaatkan waktu dengan bijak.
Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk menata waktu dengan baik adalah mendahulukan apa yang patut didahulukan.
Prinsip ini mengajarkan bahwa kita harus peka terhadap konteks ruang, waktu, dan situasi ketika menentukan prioritas.
Tidak semua yang terlihat mendesak harus langsung diselesaikan, dan tidak semua yang terlihat tidak penting boleh diabaikan.
Penting untuk mengembangkan kemampuan mengenali mana yang lebih utama sesuai situasi yang dihadapi, baik dari segi urgensi maupun relevansinya.
Cara seseorang mengelola waktu seringkali memberi gambaran tentang arah hidupnya, apakah akan menuju kesuksesan atau kegagalan.
Mereka yang mampu memanfaatkan waktunya dengan baik, melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat, dan belajar dengan sungguh-sungguh seolah-olah hidup ini masih panjang, cenderung lebih siap menghadapi tantangan.
Menggunakan waktu dengan baik juga mencerminkan kesadaran bahwa setiap detik adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Filosofi "berbuatlah seakan tiada hari esok, dan belajarlah seolah hidup masih seribu tahun lagi" menggambarkan semangat hidup yang penuh perencanaan dan kewaspadaan terhadap pemanfaatan waktu.
Semangat ini bukanlah semata-mata tentang bekerja keras, tetapi juga tentang bagaimana menyeimbangkan antara usaha dan belajar, antara tindakan dan refleksi.
Sebaliknya, orang yang mengabaikan pentingnya waktu seringkali jatuh ke dalam kebiasaan menunda-nunda.
Menunda adalah musuh kesuksesan. Setiap kali seseorang menunda pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan sekarang, ia sebenarnya telah membuang kesempatan yang tidak akan kembali.
Kehilangan waktu sama dengan kehilangan potensi yang bisa dihasilkan. Oleh karena itu, orang yang menghargai waktu tidak akan membiarkan dirinya terjebak dalam kebiasaan menunda-nunda.
Ia menyadari betapa berharganya setiap detik yang dimiliki dan berusaha merencanakan penggunaan waktu dengan baik.
Penulis berpendapat, bahwa orang yang sukses umumnya memiliki satu keyakinan penting: kemampuan mengelola waktu adalah bagian tak terpisahkan dari kesuksesan itu sendiri.
Tidak hanya tentang menyelesaikan tugas tepat waktu, tetapi juga tentang bagaimana seseorang menggunakan setiap saat untuk terus berkembang dan belajar.
Kemampuan mengelola waktu mencakup banyak hal, termasuk menetapkan prioritas yang tepat, menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, serta memiliki disiplin untuk mengikuti rencana yang telah dibuat.
Orang yang hidup dengan manajemen waktu yang baik tidak hanya lebih produktif, tetapi juga lebih tenang dalam menghadapi tantangan hidup.
Penulis melihat waktu dalam perspektif Kristen, penggunaan waktu yang bijaksana adalah salah satu bentuk penghargaan terhadap anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan.
Setiap hari, setiap jam, dan setiap menit adalah kesempatan untuk berbuat baik, belajar, dan bertumbuh. Seperti yang dinyatakan dalam Kolose 4:5, "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada."
Ayat ini mengingatkan bahwa waktu adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan-Nya.
Memanfaatkan waktu dengan bijaksana juga berarti mengendalikan diri, menjaga agar hidup kita selaras dengan tujuan yang Tuhan tetapkan bagi kita.
Orang yang tidak menghargai waktu seringkali mendapati dirinya dikendalikan oleh waktu. Mereka yang gagal merencanakan hidupnya dengan baik biasanya akan terjebak dalam kebingungan ketika tuntutan hidup datang bertubi-tubi.
Sebaliknya, mereka yang memiliki rencana yang jelas dan mampu mengatur waktu dengan baik cenderung lebih tenang dan terarah.
Mengelola waktu bukanlah sekadar tentang produktivitas, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan hidup, agar kita tidak terburu-buru dan tertekan oleh berbagai tuntutan.
Dalam kehidupan sehari-hari, menghargai waktu bisa diterapkan dalam berbagai hal sederhana, seperti tidak menunda pekerjaan, menetapkan jadwal yang realistis, dan memberi ruang untuk istirahat dan refleksi.
Pada akhirnya, bagaimana kita menggunakan waktu kita akan menentukan apakah hidup kita penuh dengan tujuan dan makna, atau justru berakhir dengan penyesalan karena waktu yang terbuang.
Waktu adalah pemberian Tuhan yang harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, karena sekali berlalu, waktu tidak akan kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H