Pada tahun 1954, saat Pendeta Billy Graham mengikuti Kebaktian Minggu di London, Pendeta Frank Colquhoun memperkenalkan lagu ini kepada Cliff Barrows, pemimpin lagu Graham, dan mengusulkan untuk memasukkannya ke dalam buku lagu yang sedang mereka susun untuk kebaktian Minggu.
Lagu tersebut dinyanyikan setiap malam selama tiga bulan di Arena Harringay, membuatnya semakin populer.
Setelah kembali ke Amerika, lagu ini menjadi bagian dari kebaktian Graham dan akhirnya dikenal luas di Amerika.
Dalam pemilihan lagu untuk dinyanyikan dalam kesaksian peresmian gedung Christian Center, pujian Terpujilah Allah membawa pesan penting bagi hadirin, terutama umat Kristen.
Lagu ini memuliakan Allah atas kebesaran hikmat-Nya dan kasih-Nya yang luar biasa bagi umat manusia yang penuh dosa.
Di tengah-tengah momentum peresmian gedung Christian Center, lagu ini seolah menjadi pengingat akan karya penebusan Kristus yang memungkinkan umat manusia kembali kepada Allah.
Pengorbanan Yesus di kayu salib, yang digambarkan dalam lagu ini sebagai tebusan sempurna, menjadi fondasi iman Kristen dan pusat kehidupan rohani bagi peserta yang hadir.
Lirik lagu yang mengangkat tema penebusan dan kasih Allah menginspirasi peserta untuk bersyukur atas anugerah yang diberikan melalui Yesus Kristus.
Terlebih dalam momen penting seperti peresmian gedung Christian Center, yang akan menjadi tempat pusat kegiatan umat kristen, nyanyian ini mengajak hadirin yang hadir untuk merenungkan bahwa penyembahan hanya kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita, manusia, dari dosa.
Lagu ini juga memberikan pengharapan akan masa depan yang mulia, seperti yang tersirat dalam ayat terakhir tentang memandang Yesus di Surga.
Pengharapan akan Surga yang cerlang memberi kita kekuatan untuk terus maju dalam menjalankan kehidupan yang beriman.