Ketika puisi itu selesai, "Si Pujangga IIB" menatapnya sejenak, merasa puas dengan hasilnya. Puisi itu bukan hanya sekadar rangkaian kata, tapi juga ungkapan perasaannya yang terdalam.
Dengan hati-hati, ia menempelkan puisi tersebut di papan MADING sekolah, berharap si pujaan hati akan melihat dan membacanya.
MADING sekolah dipenuhi rasa penasaran oleh siswa-siswi dengan karya "Si Pujangga IIB". "Si Pujangga IIB" hanya berdiri di sudut, menyaksikan dari kejauhan.
Untuk memastikan, apakah si pujaan hati datang dan berhenti di depan MADING, membaca puisi itu, atau berlalu tanpa menghiraukannya?
Jika si pujaan hati singgah untuk membaca tulisan tersebut, maka dengan senyum yang perlahan-lahan mengembang di Pujangga IIB.
Dan pastinya "Si Pujangga IIB" merasa lega jika si pujaan hatinya membaca tulisan tersebut.
Meski ia tak tahu apakah pujaan hati menyadari bahwa puisi itu ditujukan untuknya, "Si Pujangga IIB" pasti akan merasa puas.
Setidaknya, ia telah menyampaikan apa yang ia rasakan dengan cara yang paling ia kuasai, yaitu melalui guratan penanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H