Mohon tunggu...
Asyer Arwadi Bulan
Asyer Arwadi Bulan Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Tuhan

Terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Latar Belakang di Balik Puisi "Ketika Senjaku Tiba"

17 Juni 2024   20:59 Diperbarui: 17 Juni 2024   21:55 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika menjelang sore hari, jika tidak hujan, penulis dan ayah sering duduk bersama di depan rumah penulis, sembari melakukan terapi di bagian tubuhnya yang terkena serangan stroke.

Setelah melakukan beberapa bagian yang diterapi, beliau melanjutkan untuk mencoba berjalan di depan rumah sampai depan gang sambil melatih otot kaki, kegiatan ini selalu didampingi oleh penulis dalam pelaksanaannya.

Dalam usianya yang sudah tidak muda lagi, yang sudah lanjut dan kebanyakan orang mengatakan mendekati usia senja.

Dalam kehidupan, momen-momen sederhana seperti ini sering kali menyimpan makna yang dalam. Puisi "Ketika Senjaku Tiba" terinspirasi dari momen-momen yang penulis habiskan bersama ayah selama beliau sakit di rumah penulis.

Sembari mendampingi ayah menjalani sesi terapi fisik yang penulis lakukan sendiri, kami sering berbincang tentang banyak hal tentang kehidupan yang ia jalani.

Beliau selalu mengingat beberapa momen ketika kami berbincang, kenangan dari masa kecilnya hingga masa tuanya saat ini terkadang kembali terlintas.

Ayah sering bercerita tentang masa-masa sulit dan penuh tantangan, serta bagaimana penyertaan Tuhan selalu hadir di setiap langkah hidupnya.

Kenangan ini tidak hanya mengingatkannya akan kebesaran Tuhan, tetapi juga mengajarkan betapa pentingnya bersyukur dalam segala keadaan.

Saat ini beliau mendekati usia 70 tahun, meskipun usia ayah sudah memasuki usia 'senja' dan fisiknya tidak sekuat dulu, tetapi semangatnya tetap membara.

Setiap kata yang diucapkannya penuh dengan kehangatan dan kebijaksanaan, seolah-olah usianya hanyalah angka dan bukan batasan.

Ini mengajarkan dan memotivasi penulis, bahwa semangat dan tekad tidak pernah pudar seiring bertambahnya usia.

Dalam setiap perbincangan, penulis menyadari bahwa kami berdua dan kita semua yang membaca tulisan ini, pada akhirnya, akan menghadapi senja kehidupan kita.

Namun, ayah mengajarkan, senja bukanlah akhir yang harus ditakuti, melainkan fase indah yang harus diterima dengan hati terbuka.

Ia selalu mengatakan bahwa ketika saatnya tiba, ia akan pulang ke pangkuan Bapa di Surga dengan hati yang riang dan penuh damai, karena telah berada di pelukan Bapa Yang Kekal.

Jadi, puisi "Ketika Senjaku Tiba" ini bukan hanya sekadar rangkaian kata, melainkan refleksi dari perjalanan hidup dan kebijaksanaan yang penulis pelajari dari ayah.

Momen-momen senja yang kami habiskan bersama telah memberikan penulis perspektif baru tentang kehidupan, semangat, dan penerimaan.

Ini adalah pengingat bahwa setiap akhir adalah awal yang baru, dan setiap senja membawa harapan akan fajar yang lebih cerah, dan tiba saatnya akan bersama dengan Bapa di Surga dalam keabadian.

Asyer Arwadi Bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun