Ini mengajarkan dan memotivasi penulis, bahwa semangat dan tekad tidak pernah pudar seiring bertambahnya usia.
Dalam setiap perbincangan, penulis menyadari bahwa kami berdua dan kita semua yang membaca tulisan ini, pada akhirnya, akan menghadapi senja kehidupan kita.
Namun, ayah mengajarkan, senja bukanlah akhir yang harus ditakuti, melainkan fase indah yang harus diterima dengan hati terbuka.
Ia selalu mengatakan bahwa ketika saatnya tiba, ia akan pulang ke pangkuan Bapa di Surga dengan hati yang riang dan penuh damai, karena telah berada di pelukan Bapa Yang Kekal.
Jadi, puisi "Ketika Senjaku Tiba" ini bukan hanya sekadar rangkaian kata, melainkan refleksi dari perjalanan hidup dan kebijaksanaan yang penulis pelajari dari ayah.
Momen-momen senja yang kami habiskan bersama telah memberikan penulis perspektif baru tentang kehidupan, semangat, dan penerimaan.
Ini adalah pengingat bahwa setiap akhir adalah awal yang baru, dan setiap senja membawa harapan akan fajar yang lebih cerah, dan tiba saatnya akan bersama dengan Bapa di Surga dalam keabadian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H