Jika tuak tersebut terasa asam, sering dikatakan tuak laki, jika manis, maka sering dikatakan tuak tina (wanita dalam bahasa jawan).
Tuak biasanya disajikan dalam wadah tradisional seperti tempayan, dan diminum bersama-sama dalam suasana kebersamaan.
Penyajiannya sering kali dilakukan dengan cara yang penuh dengan tata krama dan simbolisme budaya.
Dalam budaya sub suku Dayak Jawan, tuak bukan hanya minuman biasa, tetapi juga bagian penting dari warisan budaya Dayak yang kaya dan beragam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!