Mohon tunggu...
Nurhudayanti Saleh
Nurhudayanti Saleh Mohon Tunggu... -

Mantan mahasiswa jurusan Biologi salah satu universitas negeri di Makassar yang sekarang lebih memilih menggeluti dunia menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tahun 2013 Masih Pacaran? Udah, Putus aja

5 Januari 2013   22:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beh, ini yang masih pacaran bisa melotot baca judul tulisan saya yang satu ini. Ets, jangan buru-buru melotot dulu, entar matanya copot loh. Gimana kalau pasang senyum terus buka dan baca artikel yang satu atau dua pilih aku atau dia yang engkau cinta *nah loh malah keterusan nyanyi kan

Ngomongin masalah yang satu ini sebenarnya menghadirkan sedikit ketakutan dalam hati saya. Saya takut habis baca artikel ini, orang-orang yang nggak setuju dengan saya bakal banting hape atau laptop sambil maki-maki saya kalau saya ini sok tahu aja atau sok tahu banget. Bukan dimaki-makinya yang buat saya takut, tapi ngebanting-bantingnya. Ngebanting hape dan laptop kan bisa berabe ceritanya. Kalau ngebanting hape dan laptop sendiri sih nggak masalah tapi kalau kebetulan lagi pakai punya orang lain kan jadi masalah. Saya takutnya ya itu, orang-orang yang nggak setuju ini malah bikin masalah untuk orang-orang di sekitarnya. Tuh kan saya baik banget

:D
:D

Okey, tenang-tenang, kita langsung masuk ke pembahasan jadi tolong sepatunya dipakai lagi ya

;)
;)

Pacaran. Ini bukan masalah baru lagi. Dan hukum pacaran yang jelas-jelas haram juga tentu bukan hal baru lagi, hanya saja ada yang pura-pura nutup mata, nutup telinga, dan nutup mulut untuk kebenaran yang satu ini. Padahal nih ya, dosa melakoni pacaran tidak akan luntur karena kita berpura-pura tidak tahu.

Allah berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32)

Nah kan, mendekati aja nggak boleh apalagi melakukan, logikanya begitu.

Sebenarnya banyak dari kita yang sudah tahu hukum pacaran itu sendiri tapi masih saja melakoninya. Entah, saya juga tidak mengerti karena jika ditanya semua mengaku ingin masuk syurga tapi anehnya tidak semua mau menapaki jalan menuju ke sana. Gimana mau nyampe ke syurga coba, kalau maju selangkah aja nggak.

Banyak juga yang berdalih, kalau pacaran itu mendatangkan manfaat, salah satu contohnya bisa buat seseorang semakin berprestasi dan sukses karena ada yang selalu menyemangati dan memotivasi.

Okey, okey, mungkin itu benar. Mungkin di luar sana ada yang berprestasi dan sukses karena mendapat semangat dari pacarnya tapi pertanyaan selanjutnya, ada berapa banyak orang seperti itu? Ada berapa banyak orang yang berprestasi karena pacaran? Banyak mana jika dibandingkan dengan wanita yang harus terenggut kehormatannya karena pacaran? Banyak mana jika dibandingkan dengan wanita hamil di luar nikah karena pacaran? Banyak mana dengan wanita yang harus aborsi dan membunuh bayi yang tidak berdosa karena pacaran? Banyak mana dibandingkan dengan anak-anak yang baru lahir lantas dibuang begitu saja? Banyak mana?

Saudaraku yang baik, yang cantik, dan yang ganteng. Allah itu sungguh baik, Dia sangat menyayangi kita. Allah melarang ini dan itu, mengharamkan ini dan itu tentu karena sesuatu itu memiliki banyak mudharat ketimbang manfaat, kita tahu atau tidak. Itu sebabnya, sebagai seorang muslim kita harus bersikap sami’na wa atha’na, kami dengar dan kami laksanakan.

Contohnya aja pacaran itu sendiri. Pacaran memiliki begitu banyak mudharat ketimbang manfaat. Mudharatnya apa? Sebagian besar sudah saya tuliskan di atas dan kita tentu tidak bisa menutup mata dari itu semua. Mudharat itu terlalu banyak dibanding satu atau dua manfaat yang kita jadikan dalih pembenaran atas sikap kita.

Jika hanya untuk sebuah motivasi lalu kita memutuskan untuk pacaran, untuk berbuat dosa, maka betapa meruginya kita. Bukankah keluarga dan sahabat sudah cukup membuat kita berprestasi dan sukses? Jangan dijawab dulu. Sebelum kalian menjawab saya akan menceritakan tentang beberapa orang terdekat saya.

Pertama, Megasari Siwalete. Dia adalah sahabat saya sejak SMU. Bicara soal prestasi dia termasuk siswa yang diperhitungkan. Dia menyabet rengking pertama saat dia duduk di kelas tiga unggulan. Dia mengalahkan siswa-siswa pintar (unggul) lainnya yang berasal dari sekolah lain. Tamat SMU dia melanjutkan kuliah di jurusan Matematika. Dia mendapat beasiswa dan menjadi asisten dosen. Setelah empat tahun menempuh perkuliahan dia sarjana dan menamatkan diri dengan gelar comlaude. Sekarang dia mengajar di salah satu SMU Swasta di Makassar. Dan kemarin dia baru saja mengikuti tes TPA untuk lanjut S2, dan lagi-lagi menjadi peserta tes dengan nilai tertinggi. Subhanallah.

Kedua, Fera Hastiasari. Dia juga sahabat saya sejak SMU. Prestasinya tak kalah hebat dari Mega. Saat di SMU dia menjadi wakil sekolah untuk mengikuti olimpiade Matematika ke tingkat propensi. Dia juga menjadi peringkat dua saat di kelas unggulan. Tamat SMU dia lulus UMPTN di jurusan Kedokteran Universitas Hasanuddin, jurusan yang tidak mudah untuk ditembus. Dan sekarang dia sedang menjalani masa-masa Koas. Subhanallah.

Ketiga, Husnaeni Saleh. Kalau wanita yang satu ini adalah kakak kandung saya. Saat Tsanawiyah dia pernah mendapat peringkat satu dan tak pernah keluar dari peringkat tiga besar. Lulus SMU dia sekolah di jurusan kebidanan dan sekarang sudah menjadi bidan desa di tempat saya tinggal. Dia sudah mandiri, mampu membiayai hidupnya sendiri bahkan ikut membantu membiayai adik-adiknya yang masih sekolah. Subhanallah.

Sebenarnya masih banyak orang-orang terdekat saya yang ingin saya ceritakan tapi cukuplah tiga orang di atas mewakili semuanya. Dari cerita di atas kita bisa menemukan persamaan, bahwa ketiganya adalah wanita yang sukses dan berprestasi. Ketiganya pun memiliki satu persamaan yang sangat menyolok yang tidak saya paparkan dalam cerita tersebut. Apa itu? Jawabannya adalah mereka bertiga TIDAK PACARAN, mereka tidak mendapat motivasi dari seorang pacar melainkan dari keluarga dan sahabat. Lalu apa mereka gagal? Tidak bukan. Dan saya yakin masih banyak contoh lain di luar sana. Orang-orang sukses tanpa pacaran.

Saudaraku, sekarang saya ingin menyodorkan sebuah pilihan terlepas dari hukum pacaran itu sendiri yang sebenarnya sudah cukup untuk membuat kita memutuskan pacar-pacar kita saat ini. Kalian ingin menjadi orang-orang seperti apa? Apakah menjadi orang yang sukses dengan berlumur dosa dan kemungkinan besar akan hamil di luar nikah kemudian malu lalu terpuruk? Atau menjadi orang yang sukses tanpa dosa kemudian dikagumi oleh penduduk bumi maupun langit? Pilihan itu ada di tangan teman-teman sekalian. Dan orang-orang yang cerdas tentu akan bisa langsung memilih tanpa harus berfikir berulangkali.

Nah, tahun 2013 masih PACARAN? Udah, PUTUS aja ^_~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun