Mohon tunggu...
Aswita Utami
Aswita Utami Mohon Tunggu... -

"Ketika Anda berbuat baik kepada orang lain, berarti Anda berbuat baik kepada diri Anda sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apakah autisme itu?

6 Maret 2012   15:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:25 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Autisme adalah hal yang akrab di telinga kita belakangan ini Bahkan autisme kerap menjadi bahan olok-olokan saat ini Tahukah Anda bahwa hal itu itu membuat sedih dan marah para orangtua yang memiliki anak autis? Karena buat mereka kenyataan bahwa anak mereka autis bukanlah sekedar candaan dan olok-olokan Seandainya orang-orang yang suka menjadikan autisme sebagai candaan itu tahu bahwa memiliki anak autisme bukanlah hal yang lucu, tentunya mereka akan berhenti menggunakan kata-kata autis untuk bahan tertawaan. Autisme juga bukan gangguan perkembangan syaraf yang mempengaruhi fungsi otak pada anak yang menimpa anak orang kaya saja, tetapi bisa juga dari kalangan tidak mampu. Hingga tahun 2011 belum ada data yang menyajikan secara jelas berapa jumlah penyandang autis di Indonesia. Menilik data dari BPS tahun 2005 diasumsikan 1:500 maka setidaknya ada 126000 penyandang autis pada rentang usia 5-19 tahun (63 juta jiwa). Yang menyedihkan karena ketidakmampuan mereka untuk mencari tempat terapi untuk anak mereka, sehingga gangguan perkembangan yang dialami anak mereka bertambah parah Setiap orangtua pastilah mengharapkan suatu saat anak mereka dapat mandiri...begitu juga para orangtua anak autisme.  Namun seringkali para orangtua tidak tahu bagaimana harus menangani anak mereka... Bukan hal aneh jika mereka yang mampu menaruh anak mereka di asrama-asrama yang menampung anak autis. Ketika mereka merasa tidak mampu merawat anak mereka, mereka meminta bantuannya saudara atau nenek sang anak autis yang dinilai lebih sabar dan memiliki waktu sementara mereka mencari nafkah karena memiliki anak autisme harus menghitung biaya terapi, sekolah khusus atau sekolah inklusi dengan guru pendamping belum lagi perawatan-perawatan biomedis. Tak jarang kita menemui pasangan suami-istri yang bercerai karena sang suami tak sanggup menerima kehadiran buah hati mereka yang autis ini Semua memang akan terasa berat bahkan bagi orangtua yang mampu sekalipun. Karena itu sekarang di setiap tempat terapi juga didirikan PSG atau Parents Supports Group dimana orangtua dapat meraih ilmu dan pengetahuan yang lebih dalam dan luas tentang gangguan yang dialami anak mereka Bahkan sekarang sudah ada kursus-kursus atau minimal workshop-workshop untuk orangtua agar mereka dapat menerapi anak mereka sendiri di rumah. Karena anak lebih lama berada di rumah dibandingkan dengan tempat terapi, sehingga kalau orangtua mempraktekkan apa yang dilakukan di tempat terapi. Anak autis akan mengalami kemajuan yang sangat berarti... Semoga para orantua tetap mau berusaha bagi kemajuan anak mereka....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun