Di dalam dunia kedokteran ada sebuah kondisi yang sampai saat ini masih menjadi misteri dan belum terpecahkan apa penyebabnya, kondisi ini menjangkiti hampir 10% populasi di dunia, di Amerika Serikat sendiri orang dengan kondisi ini mencapai hampir 3 juta orang.
kondisi apakah ini? apakah skizofrenia? anxiety disorder?
bukan...
kondisi ini adalah salah satu speech disorder yang dikenal dengan istilah stutter atau gagap.
Sampai saat ini para peneliti belum bisa memastikan apakah gagap adalah bagian dari kelainan genetis, psikis ataukah hanya sekedar ketidakmampuan melafalkan salah satu konsonan kata.
menurut National Institute Of Deafness And Communication Disorder terdapat 5 hingga 10 persen anak di Amerika Serikat pernah mengidap stutter dalam kurun waktu tertentu, bisa beberapa minggu hingga beberapa tahun. jumlah pengidapnya pun 3 persen lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
Sampai tulisan ini dirilis penyebab pasti hal ini terjadi belum diketahui, bisa jadi karena proses pubertas atau hormon yang berbeda antara laki-laki dan perempuan atau karena banyak faktor lain.
Di satu sisi pengidap gagap di dalam masyarakat sering diasosiasikan sebagai bahan lelucon dan juga kerap mengalami diskriminasi, banyak sekali simbol-simbol atau contoh terutama di dunia hiburan yang menempatkan pengidap gagap sebagai obyek yang layak ditertawakan.
Padahal banyak selebritis , pejabat dan tokoh ternama yang juga mengidap hal ini, seperti Joe Biden , Ed Sheeran, Bruce willis , Marlyn monroe.
Mereka semua berjuang dengan caranya masing-masing, Bahkan Marlyn monroe sendiri mencetuskan aksen suara mendesah khasnya untuk menutupi gagapnya banyak orang tidak tahu bahwa Marlyn monroe berjuang keras untuk menutupi gagapnya
dan hal ini membuat  seakan-akan orang yang gagap adalah seseorang yang terpinggirkan dari masyarakat.
Namun bagi saya, Gagap adalah blessing in disguise.
jadi begini...
Selain gagap, suara saya cempreng. sebuah kombinasi yang kurang bagus jika anda memiliki kondisi tersebut tetapi  bercita-cita menjadi seorang guru atau penyiar.
Saya menjalani masa remaja saya di SMP dengan cibiran dan perudungan karena kondisi saya, hal itu yang membuat mental saya drop, mental saya down.
Saya merasa ada tembok tinggi dan besar di depan saya, tembok itu memakai jubah bertuliskan realita, tembok itu seakan-akan menghalangi saya dalam perjalanan mencapai cita-cita saya.
Saya seorang yang bersuara cempreng dan gagap tidak mungkin bisa menembus tembok tinggi dan kokoh itu, tidak mungkin saya yang gagap ini bisa menjadi seorang penyiar, demikian pikiran saya pada saat itu.
Saya membenci diri saya sendiri sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tidak sehat, bukan begini caranya, bukan ini yang saya mau di hidup saya. menyerah karena cibiran orang lain dan menyerah karena kondisi gagap yang saya miliki.
Di SMA saya mulai mengikis tembok di depan saya sedikit demi sedikit, saya mengikuti hampir semua ekskul di sekolah saya.
teater , band , breakdance , debat bahasa inggris dan semua kegiatan yang bisa berpotensi mengembangkan value dari dalam diri saya , saya ikuti.
Saya mengikuti komunitas hiphop di salah satu radio swasta untuk belajar membuat lirik dan rapping, di kemudian hari karena pernah bersinggungan dengan dunia radio walaupun bukan bersiar, saya mulai memahami bagaimana dapur broadcasting langsung dari sumbernya, saat saya kuliah di tahun 2008 saya mulai fokus mengembangkan diri di kelas-kelas bahasa dan mulai menerima job MC dari satu panngung ke panggung yang lainnya.
Waktu itu seorang menjadi MC bersuara cempreng bukanlah hal yang mudah diterima oleh EO atau sponsor, tetapi seiring waktu berjalan ternyata suara cempreng saya ini menjadi ciri khas.
Di tahun 2010 saya bergabung di MHTV dan Sindo TV jawa timur menjadi pembawa acara , dan tepat di tahun 2014 saya mulai berkarir menjadi penyiar radio di EBS FM Surabaya justru karena suara khas saya.
Saya telah melampaui tembok di depan saya, saya seorang gagap dan bersuara cempreng yang berhasil menjadi penyiar.
Hal yang saya rasa adalah kekurangan justru ternyata adalah kelebihan saya.
Saat ini saya sudah pernah bekerja di 5 stasiun radio swasta di Surabaya dan 2 televisi swasta di Surabaya.
Â
Dari cerita saya ini, saya berharap pembaca bisa mengambil manfaat.
Tuhan tidak pernah menciptakan setiap atom dalam tubuh kita untuk sebuah kesia-siaan.
Banyak orang seperti saya , yang bisa melampaui tembok mereka melebihi cibiran orang lain kepada mereka, seperti Bang Dzoel fotografer difabel yang menjadi ikon dari produk Canon.
Selain itu ada juga Jendi panggabean , Atlet renang kebanggaan Indonesia
Jika mereka dan saya bisa menggapai apa yang kami impikan , maka saya yakin pembaca artikel inipun bisa, karena jika seorang gagap dan cempreng bisa menggapai mimpinya menjadi seorang penyiar, maka batas bermimpi hanyalah Tuhan.
La Tahzan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H