Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Anies Baswedan, Wayangnya Surya Paloh

8 September 2023   18:45 Diperbarui: 8 September 2023   18:51 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zig zag politik. Fenomena politik ditanah air kian memanas dan membakar ruang publik, menjelang pendaftaran pilpres 2024 di Komisi Pemilihan Umum. Bukan rakyat yang merangsang dan membakar suasana ruang publik, melainkan para elit politik, dan cukong. oligarki. Mereka adalah para pengepul  kekayaan negara melalui jalur politik. Mereka berani melakukan investasi politik diruang demokrasi lima tahunan, dengan harapan dapat menambah akses kekayaan dan kekuasaannya. Agen agen kekuatan pendukung kemapanannya telah disiapkan di DPR RI, DPD, DPRD, Gubernur-Wakil Gubernur, dan Walikota-Wakil Walikota dipelosok nusantara.

Membaca buku mengenai fenomena oligarki didunia, lumayan sangat mengerikan. Dan menurut, pendiri INDEF, prof. Didin, Oligarki di Indonesia adalah paling buruk kedua didunia, setelah China-Tiongkok. Menurut Didin, Indonesia masuk kedalam daftar oligarki terburuk didunia, lantaran telah terjadi persetubuhan antara okigarki politik dan oligarki bisnis didalam demokrasi di Indonesia. Terungkap kekayaan Indonesia telah dikuasai oleh kaum minoritas, elit partai dan pengusaha. Rakyat Indonesia sangat dirugikan oleh perilaku oligarki tersebut.

WAYANG OLIGARKI 

Menyaksikan cerita wayang kulit adalah sangat menarik. Karena ceritanya mampu memberikan pencerahan spirutual bagi penontonnya. Para penonton wayang begitu menikmati, hingga dini hari-pagi. Berbicara tentang pertunjukkan wayang, maka terkait pula dengan dalangnya. Dalang adalah seorang yang memiliki otoritas untuk menyampaikan cerita dan pemerannya. Kontekstual. Dapatlah dicatat, bahwa untuk menghadirkan pertunjukkan wayang kulit atau wayang golek dibutuhkan aggaran yang lumayan sangat tidak sedikit. Sangat besar. 

Demikian pula halnya dengan pesta demokrasi. Untuk menggelar pesta demokrasi diperlukan uang yang lumayan sangat besar sekali. Karena akan melibatkan semua rakyat Indonesia, baik dikota kota maupun di pedesaan. Sosialisasi gambar partai dan calon presiden dan wakil presiden, calon gubernur dan wakil gubernur, serta para calon anggota legeslatif kepada publik memakan anggaran yang lumayan sangat jumbo. Apalagi jika para calon presiden dan wakil presiden, calon gubernur dan wakil gubernur, serta para calon anggota legislatif, DPRD, DPD,  dan DPR RI untuk melakukan sosialisasi dan  mendulang suara, maka dibutuhkan uang yang tidak sedikit. Apakah para calon pemegang kursi kekuasaan itu adalah orang orang super kaya ? Entahlah! 

Tetapi dari hasil telisik dan penelitian dilapangan menunjukkan, bahwa hubungan antara elit politik dengan pengusaha begitu erat sekali, inheren. Atau meminjam istilahnya seorang elit partai politik partai nasdem, Surya Paloh, "Serupa tutup dan botol". Apakah keberadaan Anies Baswedan, sebagai Bacawapres 2024,  mencerminkan keterkaitan tersebut. Yakni hubungan yang tak terpisahkan antara politik-kekuasaan dengan bsinis-kekayaan. Bercermin dari pilpres 2019, yang mampu membakar uang sekian trilyun dari masing masing pasangan, jelas menunjukkan, bahwa hubungan itu adalah (memang) terang benderang, dan bukan hubungan yang gelap gulita.

Apakah seorang Anies Baswedan, memiliki kekayaan yang berlimpah?  Apakah seorang Anies Baswedan, mimiliki banyak perusahaan didalam dan diluar negeri? Apakah seorang Anies Baswedan, yang memiliki banyak rumah mewah, hotel, kendaraan mewah, dan seterusnya? Apakah seorang Anies Baswedan, memiliki partai politik ambang batas di parlemen?  Lalu bagaimana seorang Anies Baswedan, bisa muncul kepermukaan publik sebagai bacawapres dari partai politik nasional demokrat? Bukankah pemilik atau ketua umum partai politik nasional demokrat adalah seorang bernama Surya Paloh, konglomerat?  Mengapa seorang Surya Paloh, mencalonkan Anies Baswedan? Apakah seorang Surya Paloh, seorang yang tulus memilih Anies Baswedan, sebagai bacawapres? Apakah seorang Surya Paloh akan benar benar tulus membiarkan Anies Baswedan, untuk memilih bacawapresnya?  

Pertanyaaan pertanyaan itu jelas adalah pertanyaan yang lumayan sangat lumrah rerungkap diruang publik tanah air. Dan dari pertanyaan yang muncul kepermukaan publik ialah telah terjawab secara terbuka dan vulgar. Kita publik luas dapat menyaksikan secara kasat mata : Bagaimana seorang Anies Baswedan, tak memiliki kemerdekan dalam memilih pasangannya. Dirinya, harus mengamini keinginan seorang Surya Paloh, menjodohkan dirinya dengan seorang Muhaimin Iskandar, Cak Imin. Padahal publik, sudah mengetahui dengan sangat jelas, bahwa Partai Kebangkitan Bangsa bukanlah bagian dari Koalisi Perubahan Dan Persatuan (KPP). Sehingga wajar jika Partai Demokrat kecewa dan keluar dari KPP, dan PKS tersinggung, lantaran tidak ada komunikasi atau diberitahukan jika akan dilaksanakan deklarasi capres dan cawapres Anies Baswedan--Muhaimin Iskandar di Surabaya, Jawa Timur. 

Pertanyaan pun muncul kepermukaan kemudian : Apakah Anies Baswedan adalah wayang atau boneka oligarki ? Apakah Anies Baswedan adalah wayang dari dalang oligarki politik dan juga sekaligus oligarki bisnis,  bernama Surya Paloh? Entahlah! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun