Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maulid Nabi di Selasar Senja Berpuisi

10 Oktober 2022   07:41 Diperbarui: 10 Oktober 2022   07:46 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh Betawi Yahya Andi Saputra di Senja Berpuisi, Taman Ismail Marzuki. Foto: asof12/Ilustrasi

Maulid Nabi. Dikisahkan mengenai terjadinya fenomena fenomena khusus dan istimewa menjelang  kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad saw. 

Antara lain : Pasukan Gajah yang dipimpin Abrahah,  dihancurkan oleh burung Ababil: Api abadi orang Majuzi seketika padam: Muncul bintang besar yang menerangi seluruh dunia: Burung burung berterbangan dilangit Mekkah: Pohon kurma yang kering kembali berbuah: Berhala di Ka'bah jatuh dan hancur: Aminah tidak merasakan letih saat mengandung dan tidak pula merasakan sakit saat melahirkan Kanjeng Nabi Muhammad saw: dan seterusnya. Dan atas fenomena fenomena itu, bayi yang lahir dari rahim mantunya, Aminah,  diberi nama "Muhammad", yang berari manusia yang terpuji. 

MELAHIRKAN JEJAK

Terkait dengan Utusan Tuhan (Rasulullah), maka inheren dengan Wahyu Tuhan yang diturunkan kepadanya, al Quran. Quran secara bahasa-etimologis berarti Bacaan. Dan hal itu, sesuai dengan wahyu pertama yang didiktekan malaikat Jibril, kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw, di Gua Hira, "Iqra". Bacalah! 

Al Quran adalah Kitab Sastra. Namun bukan kitab atau buku sastra pada umumnya. Karena kitab sastra itu, bukan hasil pemikiran dan renungan manusia, melainkan berisikan firman firman Tuhan yang diturunkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw. 

Ia berisikan tentang panduan hidup ummat manusia pada umumnya, dan ummat Islam pada khusunya, mengenai hubungan dengan Tuhan-Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam : Hablum minnallah, hablum minannas, dan hablum minal alamiin. 

Kegiatan memperingati kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad saw, senantiasa dilakukan oleh ummat Islam didunia, tak terkecuali ummat Islam di Indonesia. Dan ternyata, kegiatan Memperingati Maulid Nabi tidak hanya dilakukan oleh sejumlah lembaga sosial keagamaan di Indonesia, melainkan juga dilakukan oleh lembaga seni-budaya. 

Hal itu terungkap jelas, dalam kegiatan Senja Berpuisi di Selasar PDS HB Yassin, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta pusat. Dan Komunitas Lierasi Betawi adalah salah satu diantaranya. Komunitas Literasi Betawi yang dipimpin oleh Penyair Sam Mukhtar Chaniago, menghadirkan suatu kegiatan religiusitasnya bertajuk" MAULID NABI DAN SASTRA".

Dasar pemikiran berdirinya Lembaga Literasi Betawi diawali oleh rasa kegelisahan dan kekhawatiran sepasang penyair, yang juga adalah sepasang suami-isteri, Drs. Sam Mukhtar Chaniaga dan DR. Dra. Tuti Tarwiyah, akan keberadaan dan keberlanjutan sastra atau literasi betawi dalam peta kesusasteraan di Indonesia, yang sebelumnya telah dirintis dan dibangun oleh sejumlah tokoh intelektual dan tokoh sastra Betawi. 

Sederet nama kondang pun hadir dalam perhelatan Senja Berpuisi itu, antara lain ialah Asrizal Nur (Pembina LKB), Rakhmad Ali (cerpenis) dan lainnya. Pembacaan puisi, musikalisasi puisi, Pembacaan Barzanzi, teaterikal puisi, dan Rancak Betawi, dengan apik  ditampilkan keruang publik Senja Berpuisi, PDS HB Yassin, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. 

Bulan Ramadhan Di Hari Ketujuh karya seorang dosen UNJ, Bang Sam Mukhtar Chaniago, dan Perempuan Dunia yang dibacakan oleh seorang Bang Yahya Andi Saputra, berhasil menarik perhatian publik. Puisi karya Bang Sam Mukhtar Chaniago, Bulan Ramadhan Di Hari Ketujuh, yang dibacakan secara bergiliran oleh sejumlah personil KLB terasa sangat renyah dan nikmat dihati. Puisi itu kental dengan nuansa religiusitasnya. 

Berbicara tentang humanitas, sosial kemanusian. Aspek kemanusiaan adalah juga berkaitan erat juga dengan nilai nilai Ketuhanan. Inhren. "Barang siapa yang tidur dengan keadaan perut yang terisi (kenyang). 

Sementara tetangganya tak bisa tidur lantaran perutnya kelaparan, "maka ia adalah bukan termasuk ummatku, "begitu jejak Kanjeng Nabi dalam suatu literasi (Hadits) 

Selain berbicara tentang humanitas, teisitas pun diangkat oleh seorang Putri dalam puisnya Musafir. Dan Selasar PDS pun serupa terowongan Mina,  masing masing (jama'ahnya) peserta atau pengisi acara dari Lembaga Lierasi Betawi, berusaha mengusir Iblis dan Syetan, melemparkan batu-jumroh kepada makhluk makhluk terkutuk itu dengan puisi puisi religiusitasnya.

"Sesungguhnya Kami akan memperlihatkan tanda tanda kekuasaan Kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri,  " demikian Tuhan BerTutur dalam Surat Cinta-Nya (Quranul Kariim-Bacaan Mulia) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun