Jakarta. Secara geografis luas wilayah jawa timur, jawa barat, sumatera, dan lainnya melampaui luas batas wilayah Jakarta. Namun demikian, Â Jakarta, mampu melampaui dan dapat menentukan kehidupan diwilayah wilayah diseluruh Indonesia. Jakarta, dengan otoritas kekuasaannya dapat menentukan harga cabai, bawang, kedelai dan lainnya. Bahkan hingga pada level keadilan hukum bagi publik luas.
Pernah suatu hari, seorang dokter ahli dibidang medis dibuat jengkel oleh kebijakan politik kekuasaan yang diambil oleh orang Jakarta (istana negara). Padahal dirinya sama sekali tidak terlibat dalam politik praktis, seperti dukung mendukung calon presiden dengan mengerahkan relawan. Sebenarnya, tidak hanya seorang dokter tersebut, yang terkena dampak dari kebijakan politik kekuasaan jakarta, tetapi juga banyak orang orang kecil (pedagang, petani, nelayan, buruh dan lainnya) yang merasakan efeknya, menderita dan teraniaya. Seorang  kawan pun berbisik ringan memberikan suatu makna  politik kekuasaan yang berkelindan di republik ini, bahwa Indonesia kini telah berubah menjadi milik segelintir orang, berwawasan oligarkis. Jauh dari wajah kemanusiaannya.Â
JEJAK JEJAK SEJARAH
Seorang pendiri lembaga keagamaan NU, KH. Wahid Hasyim, mengungkapkan  kepada publik luas ditanah air, "Bahwa membaca sejarah adalah penting. Namun demikian, membuat sejarah adalah jauh lebih penting". Ungkapan bersayap itu, relatif sangat kurang dipahami oleh sebahagian masyarakat Indonesia, sehingga tidak mengherankan jika perjalanan sejarah bangsa menjadi macet dan mandul. "Manusia tak memiliki kodrat, melainkan sejarah, "demikian sejarahwan Croce, dengan tajam, dalam,  dan penuh keyakinan.Â
Berbicara sejarah berarti kita harus membaca sejarah sejarah yang masih tersisa, terawat dan terselamatkan didalam ruang publik. Karena setiap ruang (secara sadar atau tidak) terisi penuh dengan jejak jejak sejarah kehidupan seseorang, tak terkecuali sejarah tentang seorang sastrawan asal pulau NTT, Â Gerson Poyk. Membaca karya karyanya serupa memasuki kehidupan intim seorang Gerson Poyk. Kehidupan intimnya sulit dilepaskan dari sisi kemanusiaan. Dalam kesempatan waktu, seorang Abdul Hadi WM, menceritakan pengalaman intimnya bersama seorang Gerson Poyk.Â
Diceritakannya, seorang Gerson, mendapatkan honor tulisannya dari salah satu media di Surabaya. Dan honor tulisannya itu, diselipkan kepada sejumlah orang orang marginal yang meringkuk tidur dimalam hari. Dan ketika para gelandangan itu terjaga, terkaget kaget dibuatnya, lantaran telah mendapatkan uang disisinya. "Ada malaikat datang membawakan rezeki kepada kita, Â " demikian Abdul Hadi, menceritakannya. Â
Pengalaman intim pun dialami oleh seorang penyair Giyanto Subagio, ketika berkunjung bersilaturrahim kepada seorang Gerson Poyk. Giyanto, tubuhnya diselimuti oleh seorang Gerson, untuk menghindari dari gigitan nyamuk liar, menghisap darah. Tidak hanya itu, Sastrwan asal pulau Roete, Gerson Poyk, pun memberikan sebuah mesin ketik kepada penyair Giyanto Subagio, sebagai media ekspresi dalam berkarya. Relatif banyak cerita intim bersama seorang Gerson Poyk jika diceritakan, termasuk pengalaman saya ketika di Acara Senen, yang diselenggarakan oleh Komunitas Planet Senen, KoP'S. Tetapi akan relatif panjang dan (mungkin) Â akan bisa menjadi sebuah novel perjalanan testimoni.Â
Sastrawan Gerson Poyk adalah seorang yang mampu memberikan inspirasi kepada seseorang, beberapa orang dan banyak orang. Kemanusiaan adalah tema besar yang diangkat dalam karya karyanya. Gerson Poyk memiliki agama. Namun dirinya lebih suka mengedepankan dan menghadirkan wajah wajah kemanusiaan, terutama manusia manusia Indonesia yang terpinggirkan, marginalisasi. Membaca karya karya seorang Gerson Poyk, hati pun terenyuh dan tersentuh. Gelisah. Gelisah ketika seorang Kanjeng Rasul, mengingatkan kepada ummatnya, Â "Barang siapa yang tertidur lelap perutnya dalam terisi penuh (kenyang). Sementara tetangganya tidak bisa tidur, lantaran rasa lapar yang nenyergapnya, maka dirinya adalah bukan bagian dari ummatku". Atau kegelisahan seorang Nabi Musa, yang mendengar Tuhannya merintih kelaparan dan meminta Musa untuk memberikannya makan. Dan Tuhan pun mengatakan, bahwa disebelah Musa ada seorang anak kecil yang sedang kelaparan, agar Musa segera memberikannya makan. Mistis. Peristiwa kemanusiaan adalah juga peristiwa ke-Tuhan-an.Â
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul lima sore. Diluar ruangan PDS HB YASSIN, terlihat ruangan relatif gelap, lantaran langit diselimuti awan hitam pekat. Dan hujan pun turun membasahi permukaan bumi, termasuk membasahi bumi-ruang seni dan budaya di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Angin kencang yang menyertai hujan, Â menampar perih terasa saat mengenai wajah. Bergeser. Berlindung. Saya dan sejumlah kawan pun menahan untuk segera untuk pulang. Dan secara spontanitas membuat kongkow ringan diruangan tertutup, menghindari turunnya hujan.