Suatu pertanyaan yang relatif sulit dijawab secara tuntas. Namun secara umum kita bisa membaca gejala gejalanya dari kehidupan sosial, politik, hukum, dan seterusnya. Misalnya, mengapa warga masyarakat sekitar masih menyeruak atau bertambah kemiskinannya; Mengapa masyarakat masih terjerat dengan pinjaman riba dan berbunga, serta pinjaman online; Warga masyarakat masih kesulitan mendapatkan akses penyanggah pendidikan untuk anak anaknya; dan seterusnya.
Masjid hanya terlihat makmur saat ibadah shalat Jum'at, pengajian dan acara acara besar ummat Islam. Sementara diluar itu, kemakmuran masyarakat dan ummat tidak tersentuh secara baik dan optimal, sehingga tidak mengherankan jika rasa persaudaraan antar ummat Islam terungkap begitu lemah, rapuh dan ringkih. Luka ummat yang mengangga itu, seharusnya bisa dikelola dengan baik dan optimal, serta dijadikan suatu kekuatan baru : kekuatan sosial, politik, ekonomi dan seterusnya, dengan hadirnya Masjid diwilayah mereka-ummat dan masyarakat.
Bukankah memakmurkan Masjid itu suatu ketentuan yang tertulis dalam lembaran buku atau kitab Al Qur'an dan buku Al Hadits.
Mudah mudahan Kemakmuran Masjid bukan hanya suatu Utopia ummat Islam di Indonesia. Memanglah, memakmurkan Masjid itu bukan perkerjaan mudah dan sederhana. Tetapi diperlukan suatu kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Bukan dengan kerja pembenaran akan kelemahan dan ketidakmampuan pengurus dalam mengelola Masjid, sehingga kerja santai tanpa mau mengerutkan dahi dan mengeluarkan keringat, dianggap mereka sudah berkerja keras dan maksimal.
Masjid Baitul maal
Masjid Baitul hikmah
Allah didalam Masjid, dan
Allah diluar Masjid
Kaffah
